BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mikroba memerlukan
nutrisi untuk pertumbuhannya sama halnya dengan mahluk hidup lainnya. Mikroba
memiliki karakteristik dan ciri-ciri yang berbeda-beda didalam persyaratan
pertumbuhannya. Ada mikroba yang bisa hidup pada media yang menngandung sulfur
dan ada juga yang tidak mampu untuk hidup pada media yang mengandung sulfur.
Selain itu ada juga mikroba yang bisa menghidrolisis pati menjadi glukosa, ada
yang mampu menghidrolisis lipid menjadi
asam lemak dan ada juga yang mampu menghidrolisis protein menjadi asam-asam
amino. Untuk menghidrolisis polimer tersebut menjadi bentuk yang sederhana,
maka dibutuhkan bantuan enzim. Enzim juga yang digunakan berbeda-beda ada yang
khusus untuk polimer pati, polimer protein dan lipid.
Enzim merupakan
katalis yang dapat mempercepat reaksi kimiawi yang dihasilkan oleh sel dimana
enzim dapat berfungsi. Ketika sel-sel otot membutuhkan banyak energi pada saat
olahraga, enzim dapat mempercepat penguraian molekul gula (glukosa), melepaskan
energi yang digunakan untuk bekerja. Sebaliknya, pada saat istirahat,
enzim-enzim mempercepta pembentukan glukosa, yang dapat ditambahkan kedalam
cadangan bahan bakar tubuh (Tim Dosen Biologi,2010).
Enzim juga
merupakan unit fungsional dari metabolisme sel. Enzim bekerja dengan
urut-urutan yang teratur dan mengkatalisis ratusan reaksi dari reaksi yang
sangat sederhana seperti replikasi kromosom sampai reaksi yang sangat rumit,
misalnay reaksi yang menguraikan molekul nutrient, menyimpan dan mengubah
energi kimiawi. Masing-masing reaksi dikatalisis oleh sejenis enzim tertentu.
Enzim dapat mengenali berbagai isyarat metabolisme yang diterima. Melalui
aktivitasnya, enzim pengatur mengkoordinasi sistem enzim dengan baik, sehingga
menghasilkan hubungan harmonis diantara sejumlah aktivitas metabolis yang
berbeda (Sirajuddin dan Najamuddin, 2011).
Secara umum, sebagaian
besar enzim terbentuk dari protein yang sangat peka terhadap perubahan suhu
lingkungannya. Ketika suhu lingkungannya sesuai, enzim akan aktif atau akan
bekerja dengan optimal. Tapi apabila suhu lingkungannya tidak sesuai, maka
enzim tidak aktif atau tidak bisa melakukan aktivitasnya (pekerjaannya), bahkan
bisa terdenaturasi. Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam percobaan ini dilakukan
uji terhadap aktivitas enzimatis pada mikroba. Sehingga kita bisa tahu pada
suhu berapa enzim itu dapat bekerja atau dapat beraktivitas secara optimal.
B. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah pada percobaan ini adalah bagaiman teknik-teknik yang digunakan untuk
menguji aktivitas enzimatis mikroba ?
C. Tujuan
Tujuan pada
percobaan kali ini adalah untuk mengetahui teknik-teknik yang digunakan agar
dapat menguji aktivitas enzimatis mikroba.
D. Manfaat
Setelah praktikum
ini dilakukan diharapkan praktikan dapat mengetahui dan menerapkan
teknik-teknik yang digunakan untuk menguji aktivitas enzimatis mikroba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Beberapa mikroba yang hidup bebas
di dalam tanah memiliki kemampuan menghasilkan enzim ekstraseluler yaitu
kelompok enzim fosfatase yang dapat memineralisasi P organik menjadi P
anorganik sehingga mampu menyediaan P yang tinggi untuk tanaman. Enzim
fosfatase ini termasuk dalam kelompok enzim hidrolase yaitu enzim yang dapat
menghidrolisis senyawa fosfor organik (phosphoric ester hydrolysis) menjadi
senyawa fosfor anorganik (Zhongqi et al. 2004).
Enzim atau fermen
adalah suatu protein yang berfungsi sebagai biokatalisator reaksi-reaksi
biokimia pada mahkluk biologi. Zat-zat yang diuraikan oleh reaksi disebut
substrat, dan yang baru terbentuk dari reaksi disebut produk. Spesifisitas
enzim sangat tinggi terhadap substratnya, dan enzim mempercepat reaksi kimia
spesifik tanpa pembentukan produk samping. Enzim ini bekerja dalam cairan
larutan encer, suhu, dan pH yang sesuai dengan kondisi fisiologis biologis.
Melalui aktivitasnya, sistem enzim terkoordinasi dengan baik sehingga
menghasilkan hubungan yang harmonis di antara sejumlah aktivitas metabolik yang
berbeda, semuanya mengacu untuk menunjang kehidupan. Enzim merupakan suatu
protein, maka sintesisnya dalam tubuh diatur dan dikendalikan oleh sistem
genetik, seperti halnya dengan sintesis protein pada umumnya (Panil, 2004).
Enzim disebut juga
biokatalisator, merupakan suatu senyawa protein yangmemiliki kemampuan
mangatalisis. Suatu katalisator, seperti enzim, berfungsimeningkatkan kecepatan
laju reaksi kimia, tetapi ia tidak ikut bereaksi. Setiap seldidalam tubuh
mahluk hidup telah dilengkapi dangan berbagai jenis enzim.Sebagai katalisator
organik, enzim berbeda dengan katalisator anorganik karenaenzim bersifat
spesifik. Artinya, suatu jenis enzim hanya dapat mengatalisi satujenis reaksi
kimia. Dengan demikian, meskipun terdapat ribuan enzim didalamtubuh makhluk
hidup, tidak akan pernah terjadi suatu reaksi dikatalisis oleh enzimyang salah
(Pujiyanti, 2008).
Aktivitas enzim disebut juga sebagai
kinetik enzim. Kinetik enzim adalah
kemampuan enzim dalam membantu reaksi kimia. Kemampuan enzim ini dapat
dihitung dengan mengukur jumlah produk yang terbentuk, atau dengan menghitung
kurangnya substrat dalam satuan waktu tertentu. Selain itu, dapat juga dihitung
dengan peningkatan atau penurunan koenzim. Menghitung jumlah substrat, produk,
atau koenzim di laboratorium tidak mudah karena jumlahnya yang sangat sedikit.
Oleh karena itu, praktik menghitung
aktivitas enzim adalah dengan mengukur perubahan absorbans dalam satuan waktu,
pH, dan suhu tertentu sewaktu reaksi berjalan. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu suhu, pH, kadar substrat, kadar enzim, inhibitor, dan
toksik enzim(Fersht, 1977).
Enzim memiliki aktivitas pengatur dan berperan sebagai pemacu
atau pengatur kecepatan reaksi metabolisme. Beberapa enzim pengatur, yang
dinamakan enzim alosterik, diatur kecepatannya oleh pengikat balik non kovalen molekul modulator
atau pengatur spesifik pada sisi alosterik atau sisi pengaturan. Molekul modulator
tersebut dapat merupakan substrat sendiri atau beberapa senyawa antara metabolik lain. Golongan enzim
pengatur yang lain terdiri dari enzim- enzim yang diatur oleh modifikasi
kovalen beberapa gugus fungsional yang perlu bagi aktivitasnya. Beberapa enzim
terdapat dalam bentuk ganda, yang disebut isozim yang mempunyai sifat-sifat
kinetika yang berbeda (Friedman, 1981).
Kerja enzim seperti halnya dengan katalisator dalam tubuh kita yaitu mempercepat suatu reaksi dengan tiada
mengalami perubahan sendiri. Tiap sel
hidup mengandung enzim ratusan banyaknya. Tidak semua sel mengandung jumlah dan
jenis enzim yang sama, dan enzim yang selalu terdapat dalam setiap sel misal
enzim pernapasan (Dwijoseputro, 1980).
Pengolahan lumpur dengan digestasi anaerobik sistem dua tahap ini dapat
ditingkatkan lagi kinerjanya dengan cara dimodifikasi melalui aplikasi enzim
pada proses hidrolisis. Beberapa enzim seperti selulase, amilase, lipase dan
protease dapat digunakan untuk mempercepat laju hidrolisis dalam konversi biomassa
digestasi anaerobik (Romano,2009). Dengan proses enzimatis substrat yang berupa
senyawa organik kompleks tersuspensi dengan molekul besar dapat diubah menjadi
organik sederhana molekul kecil yang terlarut sehingga dapat dimetabolisme
langsung oleh mikroba. Penelitian dengan menambahkan enzim selulase sebagai
pengolahan awal pada digestasi limbah biomassa, dilaporkan dapat meningkatkan
hasil biogas dan metan masing-masing 12% dan 15% (Romano, 2009). Faktor penting
yang mempengaruhi proses hidrolisis ini adalah pH dan temperatur. Dari beberapa
enzim yang digunakan pada penelitian tersebut, salah satu diantaranya yaitu
protease, dapat menghasilkan produk hidrolisa yang bersifat mudah larut dan
menjadi sumber nutrisi yang digunakan oleh mikroba pembentuk asam asetat.
Kinerja enzim protease akan maksimal bila bekerja pada pH optimumnya 4,5-7,0
dan temperatur dengan kisaran 55-75° C (Rina, 2010)(Purwati at al, 2011).
Selama ini, aktivitas
metabolisme tubuh dianggap hanya dikendalikan oleh senyawa-senyawa organik belaka.
Enzim yang dikenal sebagai protein aktif juga banyak dibahas sebagai senyawa
organik semata, dan mengabaikan kofaktor yang berupa unsur anorganik. Pendapat
yang ekstrim justru menyatakan pemisahan diametral terhadap bahan / produk
organik sebagai bahan yang aman dan baik sementara bahan dan produk anorganik
sebagai bahan yang kurang baik dikonsumsi. Dengan demikian perhatian orang
terhadap nutrisi dan obat banyak tercurah pada persenyawaan organik (Budiasih,
2011).
Perlakuan
rumnput raja dengan penambahan Mo tunggal sebagai Mo molibdat secara in
vitro ternyata meningkatkan derajat KBK (P<0,01) namun penambahan Cu
tunggal sebagai garam sulfat derajat KBK-nya tidak beda nyata (P>0,05). Hal
ini dikarenakan Mo berfungsi membantu aktivitas enzim dalam rumen serta
merangsang pertumbuhan mikroorganisme di saluran pencernaan. Sedangkan elemen
Cu karena fungsinya untuk pembentukan haemoglobin dan fungsi hati (UNDERWOOD,
1981; MERTZ, 1977) sehingga tidak memberikan respon langsung pada aktivitas mikroba rumen
terutama dalam mencerna hijauan. Penambahan elemen tunggal Mo pada rumput raja (Pennisetum
purpuphoides) secara in vitro dalam cairan rumen telah dilaporkan pula oleb
DJAJANEGARA dan PRABOWO (1996) dimana derajat KBK meningkat sebesar 7-8%
(P<0,05) (Supriyanti, 2000).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Praktiukum
ini berlangsung pada hari sabtu, 24 November 2012 dan bertempat di Laboratorium
Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam, Universitas Haluoleo,
Kendari.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah autoklaf, cawan petri, pipet tetes,
sumbat, kore api, bunsen, laminar, botol ampul dan plastik kerb.
2. Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah minyak, susu, alkohol, media PDA,
media NA dan akuades.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Enzim adalah
golongan protein yang beerfungsi sebagai katalisator untuk realsi-reaksi kimia
di dalam system bilogi dan banyak terdapat dalam sel hidup. Sintesis enzim terjadi
di dalam sel dan sebagin besar enzim dapat diperoleh dengan ekstraksi dari
jaringan tanpa merusak fungsinya,
Reaksi-reaksi seperti hidrolisis dan oksidasi berlasung sangat cepat di dalam sel-sel hidup pada pH kira-kira netral dan pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesis di dalam sel, tetapi banyak enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa kehilangan aktivitasnya.
Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik sederhana yang umumnya dapat mengatalisis sebagai reaksi kimia. Enzim mempunyai spesitas yang sanagt tinggi, baik terhadap reaktan ( subtract ) maupun jenis reaksi yang dikatalisiska. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu subtract tertentu. Kemuadian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadan biasa ( fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal.
Reaksi-reaksi seperti hidrolisis dan oksidasi berlasung sangat cepat di dalam sel-sel hidup pada pH kira-kira netral dan pada suhu tubuh. Ini dapat terjadi karena adanya enzim. Enzim disintesis di dalam sel, tetapi banyak enzim dapat diekstraksi dari sel tanpa kehilangan aktivitasnya.
Sebagai katalisator, enzim berbeda dengan katalisator anorganik dan organik sederhana yang umumnya dapat mengatalisis sebagai reaksi kimia. Enzim mempunyai spesitas yang sanagt tinggi, baik terhadap reaktan ( subtract ) maupun jenis reaksi yang dikatalisiska. Pada umumnya, suatu enzim hanya mengatalisis satu jenis reaksi dan bekerja pada suatu subtract tertentu. Kemuadian, enzim dapat meningkatkan laju reaksi yang luar biasa tanpa pembentukan produk samping dan molekul berfungsi dalam larutan encer pada keadan biasa ( fisiologis) tekanan, suhu, dan pH normal.
Pada percobaan ini
dilakukan beberapa uji aktivitas enzimatis terhadap mikroba. Dimana dalam
percobaan ini, media yang digunakan adalah media PDA dan NA yang merupakan
subtarat yang baik untuk mengisolasi mikroba (bakteri). Kemudian capet yang
berisis media tersebut dilubangi dengan menggunakan croop boor dan kemudian
dalam lubang tersebut dimasukkan atau dituangkan pati, media berikutnya dimasukkan
atau dituangkan protein (susu) dan media berikutnya lagi dimasukkan atau dituangkan
dengan lipid (minyak). Pati, susu dan minyak adalah nutrisi yang berbentuk polimer
yang tidak dapat dikonsumsi oleh mikroba.
Pati, susu dan minyak dapat saja dikonsumsi oleh mikroba dengan cara
menghidrolisis polimer-polimer tersebut menjadi bentuk yang lebih sederhana.
Dengan menghidrolisis polimer-polimer tersebut dibutuhkan batuan dari enzim,
yakni ada enzim amilase untuk hidrolisis pati pada uji amilolitik, lipase untuk hidrolisis lipid pada uji
lipolitik dan protease untuk hidrolisis protein pada uji proteolitik.
Langkah pertama
yang dilakukan yakni uji amilolitik. Dalam uji ini digunakan pati sebagai
nutrisi mikroba tetapi terlebih dahulu dihidrolisis dulu menjadi bentuk yang
sederhana yakni glukosa dengan bantuan enzim amilase. Enzim amilase memecahkan
ikatan glikosidik dari pati yang terletak di α-1.4 rantai glukan patidari sebelah dalam sehingga
menghasilkan glukosa terlarut yang dapat ditransfor masuk kedalam sel. Indikator
yang digunakan pada uji amilolitik ini adalah lugol iodin, dimana pati akan
berekasi dengan lugol iodin membentuk
kompleks berwarna biru hitam yang terlihat pada media. Warna biru hitam
tersebut terjadi apabila lugol iodin masuk kedalam bagian kosong pada pati yang
berbentuk spiral. Sehingga akan terlihat sebagaian zona jernih di sekeliling
koloni. Dengan adanya zona bening ini, menunjukkan adanya aktivitas dari enzim
amilase dalam proses menghidrolisis pati. Namun pada hasil percobaan yang
dilakukan, berbeda dengan pernyataan diatas karena hasil yang diperoleh negatif
artinya tidak ada zona bening yang mengelilingi koloni. Ini menandakan bahwa
ada kesalahan dalam melakukan perlakuan tersebut.
Langkah kedua yang
dilakukan yakni uji proteolitik yang berfungsi untuk menentukan atau mengrtahui
kemampuan organisme menghasilakn enzim protease. Seperti halnya yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa protein yang digunakan pada perlakuan ini adalah
kasein susu. Proses hidrolisis protein (kasein susu) secara bertahap akan
menghasilkan bentuk yang lebih sederhaan
yakni asam-asam amino. Aktivitas proteolitik dikatakan berhasil apabila
ada terbentuk zona jernih atau bening disekitar koloni. Hal ini sesuai dengan
hasil yang diperoleh pada percobaan ini. Pada percobaan ini juga pada medianya
ada warna yang timbul yakni warna merah muda. Dengan adanya perubahan dan terbentuknya
zona bening di sekitar koloni, maka perlakuan tersebut positif.
Langka ketiga yang
dilakukan adalah uji lipolitik. Uji ini ditujukan untuk mengetahui kemampuan
mikroba dalam menghasilkan enzim lipase dari hasil metabolisme mikroba. Untuk
mendapatkan makanan atau nutrisi dari lipid, terlebih dahulu harus
menghidrolisis atau memotong-motong lipid tersebut menjadi bentuk sederhana
yakni gliserol dan asam lemak. Untuk memperoleh gliserol dan asam lemak, maka
dilakukan pemutusan ikatan ester yang terdapat didalam lipid. Dalam perlakuan
ini terdapat beberapa macam prosedur untuk mengetahui aktivitas enzim lipase
diantaranya adalah menggunakan media Trybutirin
agar, rodhaminer agar dan spiritblue agar.
Dengan
adanya atau munculnya bercak-bercak kuning disekeliling koloni, maka ada
aktivitas enzim lipase pada media tersebut. Dan apabila muncul bercak-bercak
yang tetap berwarna merah berarti perlakuan negatif. Pada hasil percobaan yang
dilakukan negatif, mungkin pada saat melakukan penpipetan bahan yakni minyak
tertumpah pada semua permukan media saat melakukan praktikum auatu bisa saja
pada saat pembungkusan media.
Langkah selanjutnya yakni langkah terakhir dilakukan uji
katalase. Dalam perlakuan ini diperoleh hasil positif, karena media atau mikroba yang ada pada kaca
preparat itu berwarna merah dan berbusa.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
aktivitas enzimatis mikroba dapat ditentukan dengan cara melakukan pengujian
terhadap mikroba dengan memberikan nurisi polimer yang telah terhidrolisis
menjadi bentuk yang lebih sederhana. Polimer yang diberikan pada mikroba yakni
pati dengan bantuan enzim amilase akan terjadi proses hidrolisis yang kemudian
menghasilkan glukosa, kasein susu dengan bantuan enzim protease akan terjadi
proses hidrolisis menghasilkan asam –asam amino dan minyak dengan bantuan enzim
lipase akan menghasilkan asam lemak dan gliserol melalui proses hidrolisis.
Adapun uji yang dilakuakn untuk mengetahui aktivitas enzim diantaranya adalah
uji amilolitik, uji lipoltik, uji proteolitik dan katalase. Pada uji amilolitik
ditandai dengan adanya zona jernih disekeliling koloni namun pada perlakuan ini
hasil yang diperoleh negatif. Uji proteolitik juga ditandai dengan terbentuknya
zona bening di sekeliling koloni, pada perlakuan ini hasil yang diperoleh
positif. Karena terbentuk zona bening disekitar koloni. Pada uji lipolitik,
ditandai dengan adanya bercak-bercak kuning disekeliling koloni. Berdasarkan
hasil yang diperoleh negatif, karena bertentangan dengan teori tersebut. Lain
halnya dengan uji katalase diperoleh hasil positif dengan ditandainya media
merah dan berbusa yang berada pada kaca preparat.
DAFTAR PUSTAKA
Budiasih Krun
Sri, 2011, “Interferensi
Ion Cd (ii) dan Hg (ii) Terhadap Biofungsi Persenyawaan Zn (ii) pada Tubuh
Manusia “, Jurnal Pendidikan
dan Penerapan, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Dwijoseputro, 1980,
Enzim, Jakarta : Erlangga.
Fersht A.,1977, Ikhtisar Biokimia Dasar A., Jakarta : Balai Penerbit
FKUI.
Friedmann dan Herbert,
1981, Biokimia. Jakarta:Gramedia
Panil, Zulbadar. 2004. Memahami Teori dan Praktek Biokimia Dasar
Medis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Pujiyanti Sri, 2007, Menjelajah Dunia Biologi 3,
Jakarta : Platinum.
Purwati Sri, Soetopo Rina S., Idiyanti Tami, 2011, “Aplikasi Protease dan Pengaruh Suhu Pada Asidifikasi
Digestasi Anaerobik Dua-Tahap Lumpur Ipal Biologi Industri Kertas”, Jurnal selulosa, Vol.
1 (1).
Rina S., Soetopo, Purwati, S., Krisna Aditya W., 2010, Produksi Biogas
Sebagai Hasil Pengolahan Limbah Lumpur Industri Kertas dengan Proses Digestasi
Anaerobik Dua-Tahap, Jurnal Riset Industri, Vol. IV Hal. 3, 11 – 20.
Romano Rowena T., Ruitong Zhang, Sarah Teter, 2009, The Effect of
Enzyme Addition on Anaerobic Digestion of Jose Tall Wheat Grass, Bioresource
Technology, 100 , 4564 – 4571.
Supriyanti, Yulistiani D., Wina E., Hamid H., dan Haryanto B., 2000,
“ Pengaruh Suplementasi Zn, Cu
dan Mo Anorganik dan Organik Terhadap Kecernaan Rumput Secara In Vitro “, JLTV, Vol. 5 (1).
Zhongqi He, S.G. Thimothy., ,
Wayne., H. 2004. Enzymatic Hydrolisis of Organic Phosphorus in Swine Manure and Soil. J.
Environ.Qual. 33 : 367-372.
Terima kasih atas artikelnya! Saya cukup terbantu membuat laporan praktikum dengan adanya artikel ini.
BalasHapus