Selasa, 11 Desember 2012

sterilisasi dan pembutan media


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ketika untuk pertama kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptic, sesungguhnya hal itu telah menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Namun, kebanyakan peralatan dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi akan menjadi rusak bila dibakar. Untungnya tersedia berbagai metode lain yang efektif.
Cara-cara sterilisasi dan desinfeksi yaitu, pembersihan, sinar matahari, sinar ultraviolet, sinar-x, dan sinar-gamma, pendinginan, dan pemanasan. Macam-macam cara sterilisasi dengan pemanasan yaitu, pemanasan dalam nyala api, pemanasan dengan udara panas (dry heat oven), merendam dalam air mendidih (menggodok), pemansan dengan uap air yang mengalir, dengan uap air yang ditekan, dan cara sterilisasi benda-benda yang tidak tahan suhu tinggi, misalnya pasteurisasi, tyndalisasi, dengan pengeringan, dengan penyaringan (filtrasi), dan dengan menggunakan zat kimia (desinfektan).


B.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.       Bagaimana proses sterilisasi dan apa saja jenis-jenis dari sterilisasi ?
2.       Bagaimana proses pembuatan medium ? 
C.  Tujuan
Tujuan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui proses sterilisasi dan jenis-jenisnya.
2.      Untuk mengetahui proses pembuatan medium.
D.  Manfaat
Pembuatan media pertumbuhan dan teknik sterilisasi dapat digunakan untuk penelitian dan pengaplikasian selanjutnya di dalam bidang mikrobiologi.







BAB II
TINJAUN PUSTAKA
Sterilisasi dengan panas adalah unit operasi dimana bahan dipanaskan dengan suhu yang cukup tinggi dan waktu yang cukup lama untuk merusak mikrobia dan aktivitas enzim. Sebagai hasilnya, bahan yang disterilkan akan memiliki daya simpan lebih dari enam bulan pada suhu ruang. Contoh proses sterilisasi adalah produk olahan dalam kaleng seperti kornet, sarden dan sebagainya. Perkembangan teknologi prosesing yang memiliki tujuan mengurangi kerusakan nutrien dan konponen sensoris dan juga mengurangi waktu prosesing menjadikan teknik serilisasi terus dikembangkan. Lamanya waktu sterilisasi yang dibutuhkan bahan dipengaruhi oleh: resistensi mikroorganisme dan enzim terhadap panas, kondisi pemanasan, pH bahan, ukuran wadah atau kemasan yang disterilkan, keadaan fisik bahan  (Machmud, 2008).
Sterilisasi secara kimia menggunakan bahan kimia yaitu detol, karbol, dan obat kumur, serta menggunakan alkohol dengan konsentrasi yang berbeda (40%, 70%, 96%). Langkah pertama adalah menuangkan medium NA tegak ke dalam 2 buah cawan petri dan dibiarkan membeku. Stelah membeku, cawan petri dibalik dan dibagi menjadi empat bagian ditandai dengan spidol dan diberi label untuk 3 bahan kimia serta kontrol dan 3 konsentrasi alkohol beserta kontrolnya. Sementara itu, tiga buah jarum pentul dimasukkan ke dalam masing-masing satu jenis bahan kimia dan alkohol. Jarum diambil dengan pinset dan diletakkan dalam cawan yang telah dibagi menjadi empat bagian. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu 28-300 C barulah diamati pertumbuhan mikroba di sekitar media (Pratiwi, 2008).
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah fermentor sistem batch untuk fermentasi, cawan petri dan tabung reaksi untuk penumbuhan bakteri pada media padat dan cair, laminary air flow sebagai ruang steril untuk pembuatan media pemindah biakan dan amobilisasi sel, autoclave untuk sterilisasi basah pada tekanan 1 atm dan suhu 121 oC, inkubator dan rotary shaker digunakan untuk inkubasi biakan, sentrifuga untuk pemisahan cairan fermentasi dan pemanenan bakteri, peralatan destilasi vigreux untuk pemisahan (pemekatan) etanol, kromatografi gas GC-14B-SHIMADZU untuk analisis etanol, spektronik 20D untuk pengukuran densitas optik suspensi sel dan analisa kadar glukosa, serta peralatan gelas dan peralatan tambahan lainnya yang lazim digunakan dalam laboratorium kimia (Elevri at al, 2006).
Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media (Machmud, 2008).
Salah satu teknik dasar dalam analisa mikrobiologi adalah teknik transfer aseptis (suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur). Teknik ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi. Pengambilan sampel harus dilakukan secara statistik agar tidak bias, jadi secara acak (random sampling). Selain itu, digunakan teknik aseptis selama pengambilan sampel agar tidak terjadi pencemaran. Alat-alat yang digunakan harus steril. Bahan makanan cair diambil dengan pipet steril, makanan padat menggunakan pisau, garpu, sendok atau penjepit yang steril (Rachdie, 2006).
Teknik transfer aseptis adalah suatu metode atau teknik di dalam memindahkan atau mentransfer kultur bakteria dari satu tempat ke tempat lain secara aseptis agar tidak terjadi kontaminasi oleh mikroba lain ke dalam kultur. Teknik transfer aseptis ini sangat esensial dan kunci keberhasilan prosedur mikrobial yang harus diketahui oleh seorang yang hendak melakukan analisis mikrobiologi  (Pelczar, M. J., Chan, 2007).
Kerusakan pada yogurt yang biasanya terjadi adalah karena kontaminasi mikroba, khususnya kapang dan khamir yang relatif tahan terhadap suasana asam (dengan kisaran pH pertumbuhan yang luas yaitu 2.5 sampai 8.5) dan senang hidup pada produk dengan kadar gula tinggi (Elisabeth, 2003). Jika produk yogurt sampai ditumbuhi kapang, kemungkinan berasal dari peralatan atau wadah yang tidak steril. Penyimpanan memiliki efek yang sangat besar dalam pertumbuhan kapang dan khamir. Gambar 5 menunjukkan jumlah kapang dan khamir selama penyimpanan. Selama penyimpanan tidak terjadi pertumbuhan kapang dan khamir. Hal tersebut dikarenakan terjaganya sanitasi dan keaseptisan selama proses pembuatan. Perlakuan sterilisasi alat menggunakan otoklaf, penggunaan laminar hood, serta penyemprotan alkohol terhadap alat-alat yang digunakan mampu menjamin keaseptisan dari produksi cocogurt (faradillah, _).










BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
   Praktikum ini dilaksanakan pada hari sabtu, tanggal 13 Oktober 2012, pukul 13.00 – 16.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia Universitas Haluoleo, Kendari.
B.  Alat dan Bahan
1.  Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cawan petri, autoklef, tabung reaksi, pipet tetes, batang pengaduk, timbangan analitik, botol gelap, botol ampul,  spatula dan laminar flow.
2.  Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah agar-agar, kaldu ikan, kaldu kentang dan akuadaes.




C.  Prosedur Kerja
1. Sterilisasi
Sterilisasi
- disiapkan tabung, batol ampul, botol gelap dan cawan petri masing-masing 4, 2, 6 dan 3.
- masing-masing dibungkus kertas dan
  dimasukkan dalam autoklaf.
- selanjutnya autoklaf di panaskan pada suhu 121oC.
- setelah selesai, dimasukkan kedalam oven.

Alat yang bebas dari bakteri
 









2.  Pembuatan Media
a. pembuatan  Nutrient Agar  
1.  Media Padat
Agar 0,6 g
- dimasukkan dalam botol gelap
- ditambahkan dengan kaldu ikan 50 ml
- di sumbat atau ditutup mulut botol gelap tersebut
- disterilkan dengan cara memasukkan dalam autoklaf
Media yang tidak terkotaminasi
 








                                                                                                    
2.  Media Miring
Agar 0.15 g
- dimasukkan dalam tabung
- ditambahkan dengan kaldu ikan sebanyak 5 ml
- di sumbat atau ditutup mulut tabung tersebut
- disterilkan dengan cara memasukkan dalam autoklaf
Media yang tidak terkotaminasi
 










3.  Media Cair
Kaldu ikan
- dimasukkan dalam botol ampul dan botol gelap  
- ditambahkan dengan kaldu ikan sebanyak 5 ml
- di sumbat atau ditutup mulut botol gelap tersebut
- disterilkan dengan cara memasukkan dalam autoklaf
Media yang tidak terkotaminasi
 













b.  Pembuatan Potato Dextrose Agar
1.  Media Padat
 Agar 0,6 g
- dimasukkan dalam botol gelap
- ditambahkan dengan kaldu kentang 50 ml
- di sumbat atau ditutup mulut botol gelap tersebut
- disterilkan dengan cara memasukkan dalam autoklaf
Media yang tidak terkotaminasi
 








                                                                                                    



2.  Media Miring
Agar 0.15 g
- dimasukkan dalam tabung
- ditambahkan dengan kaldu kentang  sebanyak 5 ml
- di sumbat atau ditutup mulut tabung tersebut
- disterilkan dengan cara memasukkan dalam autoklaf
Media yang tidak terkotaminasi
 










3.  Media Cair
Kaldu kentang  
- dimasukkan dalam botol ampul dan botol gelap  
- ditambahkan dengan kaldu kentang sebanyak 5 ml
- di sumbat atau ditutup mulut botol gelap tersebut
- disterilkan dengan cara memasukkan dalam autoklaf
Media yang tidak terkotaminasi
 






















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN















B.  Pembahasan
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba. Media juga merupakan makanan atau campuran dari beberapa bahan makanan yang disiapkan untuk pertumbuhan mikroorganisme. Media dapat digunakan untuk isolasi, perbanyakan, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut harus memenuhi syarat-syarat, antara lain adalah harus mengandung semua zat hara yang mudah digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan ditumbuhkan, tidak mengandung zat-zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril sebelum digunakan, agar mikroba yang di tumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
                  Beberapa macam contoh media sintetik adalah Nutrient Agar, Potato Destroxe Agar dan Malt Extract Agar. Media-media ini memiliki fungsi yang berbeda-beda. Nutrient Agar digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. Pembuatan media pada percobaan ini dengan menggunakan NA (Nutrien agar), dimana dalam pembuatannya terlebih dahulu dengan cara melarutkan NA instan sebanyak 1,2 g kedalam erlenmeyer dan menambahkan akuades sebanyak 50 mL, setelah itu memanaskannya diatas hot plate diikuti oleh pengadukan dengan menggunakan magnetik stirer, tujuan dari pemanasan dan pengadukan ini adalah untuk menghomogenkan NA dengan akuades, dimana dengan pemanasan dapat mempercepat pelarutan dari NA dengan akuades. Setelah dipanaskan sampai kira-kira larutan menjadi bening kekuning-kuningan sebagai tanda larutan telah homogen kemudian larutan yang terdapat di dalam erlenmeyer dimasukan kedalam autoklav dengan mulut erlenmeyer disumbat dengan kapas yang dilapisi dengan kertas diluarnya. Tujuan dari penutupan ini di maksudkan agar meminimalkan kontaminasi. Selain itu ada juga yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL.
Selain NA juga digunakan media PDA (Potato Destroxe Agar) digunakan untuk menumbuhkan fungi atau jamur. Pembuatan media pada percobaan ini dengan menggunakan PDA (Potato Destroxe Agar), dimana dalam pembuatannya terlebih dahulu dengan cara melarutkan PDA (Potato Destroxe Agar) instan sebanyak 1,95 g ke dalam erlenmeyer dan menambahkan akuades sebanyak 50 mL, setelah itu memanaskannya diatas hot plate diikuti oleh pengadukan dengan menggunakan magnetik stirer, tujuan dari pemanasan dan pengadukan ini adalah untuk menghomogenkan PDA (Potato Destroxe Agar) dengan akuades, dimana dengan pemanasan dapat mempercepat pelarutan dari PDA (Potato Destroxe Agar) dengan akuades. Setelah dipanaskan sampai kira-kira larutan menjadi bening kekuning-kuningan tetapi lebih bening daripada PDA (Potato Destroxe Agar) sebagai tanda larutan telah homogen kemudian larutan yang terdapat di dalam erlenmeyer dimasukan kedalam autoklaf dengan mulut erlenmeyer disumbat dengan kapas yang dilapisi dengan kertas diluarnya. Tujuan dari penutupan ini di maksudkan agar meminimalkan kontaminasi. Selain itu ada juga yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL.
Media berikutnya adalah MEA (Malt Extract Agar) digunakan sebagai media pertumbuhan yeast atau khamir. dimana dalam pembuatannya terlebih dahulu dengan cara melarutkan MEA (Malt Extract Agar) instan sebanyak 2,4 g ke dalam erlenmeyer dan menambahkan akuades sebanyak 50 mL, setelah itu memanaskannya diatas hot plate diikuti oleh pengadukan dengan menggunakan magnetik stirer, tujuan dari pemanasan dan pengadukan ini adalah untuk menghomogenkan MEA (Malt Extract Agar) dengan akuades, dimana dengan pemanasan dapat mempercepat pelarutan dari MEA (Malt Extract Agar) dengan akuades. Setelah dipanaskan sampai kira-kira larutan menjadi kuning kemerah-merahan sebagai tanda larutan telah homogen kemudian larutan yang terdapat di dalam erlenmeyer dimasukan kedalam autoklaf dengan mulut erlenmeyer disumbat dengan kapas yang dilapisi dengan kertas diluarnya. Tujuan dari penutupan ini di maksudkan agar meminimalkan kontaminasi. Selain itu ada juga yang dimasukkan ke dalam tabung reaksi sebanyak 4 mL.
Autoklaf adalah alat yang digunakan untuk sterilisasi. Autoklaf termasuk dalam teknik sterilisasi secara fisika dengan prinsip arus uap dan tekanan, karena uap mempunyai data tembus yang lebih besar dan mengakibatkan pengumpulan pada protoplasma sel-sel yang disterilkan. Alat ini lebih sering digunakan dalam teknik pensterilan di kelasnya khususnya pada percobaan ini. Karena tingkat keefisienan dan sifat alat yang tidak merusak kandungan dalam media pertumbuhan yang dipakai, yaitu Nutrient Agar, Potato Destroxe Agar dan Malt Extract Agar.
Autoklaf yang ada di laboratorium terbagi menjadi dua yaitu yang digunakan untuk sterilisasi alat dan medium yang akan dipakai, serta yang digunakan untuk destruksi atau sterilisasi kotor. Rongga di dalam otoklaf tidak boleh terlalu penuh diisi dengan benda-benda yang akan disterilisasikan agar dapat terjadi aliran uap yang cukup baik. Bahan-bahan yang akan disterilkan di otoklaf dipanaskan hingga 121o C selama 15-20 menit pada tekanan 15 psi. Uap air jenuh memanaskan bahan-bahan tadi sehingga dengan cepat disterilkan dengan melepaskan panas laten. Dengan kondensasi sejumlah 1600 ml uap pada 100o C dan tekanan 1 atm, akan terjadi embun sejumlah 1 ml dengan melepaskan 518 kalori. Air yang mengembun tadi akan menyebabkan keadaaan lembab yang cukup untuk membunuh kuman, sehingga alat dan medium yang dipakai akan menjadi steril.
Sterilisasi yang dilakukan bertujuan untuk menghindari kontaminasi, yaitu masuknya mikroorganisme yang tidak diinginkan. Sterilisasi merupakan suatu proses (kimia dan fisika) yang membunuh semua bentuk hidup terutama mikroorganisme, dan proses ini sangat penting bagi pemeriksaaan mikroorganisme. Sterilisasi yang ingin dilakukan pada percobaan ini adalah percobaan secara fisika, yaitu sterilisasi yang menggunakan panas, dimana panas yang digunakan adalah bersama-sama uap air yang biasanya disebut sterilisasi panas lembab atau sterilisasi basah.

BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
    Dari hasil percobaan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Teknik sterilisasi dapat dilakukan dengan tekanan uap tinggi menggunakan otoklaf sehingga alat dan media steril.
2. Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara (nutrient) yang berguna untuk membiakkan mikroba
3. Komposisi media bahan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bakteri demi mengoptimalkan pertumbuhannya, yang mana tiap-tiap komposisi harus setimbang jumlahnya.








DAFTAR PUSTAKA
Machmud, M. 2008, Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikrob,. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan, Bogor.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S, 2007, Elements of Microbiology, Mc Graw Hill Book Company, New York.
Rachdie, 2006, Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Mikroba, http://rachdie .blogsome.com/2006/10/14/faktor-yang-mempengaruhi-pertumbuhan-mikroba/, Diakses pada tanggal 8 Oktober 2010.
RHF. Faradilla, Mujiono, T. Ertanto, TD. Widarso, __, Perubahan Karakteristik Mutu Fisik, Kimia, dan Mikrobiologi Produk Probiotik Berbasis Santan Selama Penyimpanan, Jurnal Institul Pertanian, Bogor.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar