BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pertumbuhan
merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa zat suatu
organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah
tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu
pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan
jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa
mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba
diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Seperti makhluk
hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya tidak lepas dari pengaruh
lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu dapat berupa faktor fisika,
faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun, pertumbuham mikroba ini tidak hanya
dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan.
Karena ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba sangat tergantung
pada keadaan sekelilingnya.
Perubahan faktor
lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dapat mengakibatkan terjadinya
perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba
menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan untuk menunjang
pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan
nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya
kultivasi berbagai tipe mikroba, tentunya diperlukan suatu kombinasi nutrient
serta faktor lingkungan yang sesuai. Maka dari itu dalam praktikum ini kami
mencoba untuk melakukan suatu perlakuan yang dapat mengetahui faktor-faktor
lingkungan apa saja yang sesuai pada pertumbuhan mikroba.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
pada percobaan ini adalah bagaimana cara untuk mengetahui faktor-faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
C. Tujuan
Tujuan percobaan
kali ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah penambahan
secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari
pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau
perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel
pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada
jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan
pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan
atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus
dibedakan antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan
kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
Faktor temperatur merupakan faktor
lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba
karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur.
Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia
digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil,
dan mikrobia termofil (Suharni, 2008).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya
sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor
lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini
dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk
kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan
optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi
juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi
berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor
lingkungan yang sesuai (Pelczar dan Chan, 2006).
Pertumbuhan bakteri pada umumnya
akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran
yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbedadan pada akhirnya
memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Darkuni, 2001).
Upaya
pengendalian yang telah dilakukan meliputi penggunaan fungisida sistematik dan
perbaikan kultur teknis, namun hasilnya belum memuaskan (Manohara dan Kasim,
1996). Disamping itu pengendalian patogen secara kimiawi akan berdampak negatif
terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme non patogen. Patogen yang bersifat
soil borne seperti P. capsici kehidupannya di dalam tanah sangat
dipengaruhi oleh interaksi antara pathogen dengan faktor lingkungannya baik
yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotik (Sutrisno et al.,
1976). Faktor abiotik dapat berupa kadar air, kelembaban, pH, dan unsur hara,
sedang faktor biotik berupa mikroba tanah baik dari golongan bakteri maupun
jamur. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor biotik dan abiotik itulah yang sangat
berpotensi untuk dimanipulasi sebagai faktor epidemik untuk tujuan pengendali
(Zadoks dan Scheim, 1979). Menurut Curl (1982) patogen yang bersifat soil borne
kehidupannya banyak berinteraksi dengan biota lain pada zone rhisofer maupun
pada zone rhizoplane, sehingga dengan demikian pengendalian hayati akan
mempunyai prospek yang lebih baik. Selanjutnya dikatakan bahwa berbagai agen
hayati yang dapat digunakan antara lain mikroorganisme antagonis dari kelompok
jamur dan bakteri dan golongan pemangsa (Collembola)(Jahuddin et al., 2007).
Setiap sel tunggal
mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan
antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi
dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang
tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang
besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan
terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang
kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan.
Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk
persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan
akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada. Mikroorganisme ini juga
tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan
tingkat pembiakannya relative cepat. Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka
setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun
yang menguntungkan (Lestari et al., 2009).
Bakteri
autotrofik menggunakan CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan bakteri
heterotrofik menggunakan senyawa organik, seperti asetat, piruvat, dan oksaloasetat
sebagai sumber karbon. Laju pertumbuhan bakteri yang bersifat autotrofik lebih
lambat dibandingkan dengan bakteri heterotrofik. Derajat keasaman (pH)
merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia (Esoy et al., 1998). Derajat
keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan bakteri pengoksidasi amonia yang bersifat
autotrofik berkisar dari 7,5 sampai 8,5 (Ratledge, 1994). Sedangkan bakteri yang
bersifat heterotrofik lebih toleran pada lingkungan asam, dan tumbuh lebih
cepat dengan hasil yang lebih tinggi pada kondisi dengan konsentrasi DO rendah
(Zhao et al., 1999)(Agustiyani et
al., 2004).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dalaksanakan pada tanggal 10 November 2012 hari Sabtu pukul 11.00-14.00 WITA.
Bertempat di Laboratorium Biokimia MIPA Universitas Haluoleo Kendari.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah laminar,
open, tabung reaksi, gelas kimia, batang pengaduk, inkubasi dan ose.
2.
Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah fernipan, NaCL
(5% dan 15%), media cair NA dan asam nukleat.
B. Pembahasan
Aktivitas
mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan
dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa
kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba
tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut.
Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) meliputi
pengaruh suhu, pH dan pengaruh daya desinfektan dan faktor
biotik yaitu antibiose.
Mikroba hanya
dapat hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai. Beberapa faktor yang
mempengaruhi proses pertumbuhan mikroba di antaranya adalah pengaruh suhu,
pengaruh waktu, pengaruh suplai zat gizi, pengaruh aktivitas air, pengaruh
ketersediaan oksigen, faktor-faktor kimia (pengaruh daya desinfektan), pengaruh
radiasi dan pengaruh pH. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor kimia yakni tekanan osmotik dan faktor fisik yakni pengaruh suhu
dan penyinaran UV terhadap pertumbuhan mikroba dan media yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroba adalah media cair.
Berdasarkan teori
pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikroba dapat digolongkan
ke dalam mikroba asidofilik, neutrofilik dan mikroba alkalinofilik. Tiap
mikroba mempunyai kisaran pH tertentu untuk pertumbuhannya. Biasanya pH untuk
bakteri 6.5-7.5, khamir 4.0-4.5, jamur benang dan aktinomisetes pada pH yang
lebih luas 2.0-8.0. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan
mikroba. Tapi pada percobaan ini tidak dilakukan pengaruh tersebut, sehingga
tidak dapat kita buktikan.
Selain itu mikroba
juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, yakni
mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk
metabolismenya, mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak
memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob fakultatif adalah
mikroorganisme yang dapat hidup secara aerob atau pun anaerob dan
mikroorganisme mikro aerofilik adalah mikrooganisme yang dapat hidup dengan
menggunakan sedikit oksigen.
Faktor suhu merupakan
faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan
mikroba karena enzim sangat peka terhadap temperatur dalam menjalankan proses metabolisme.
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, diketahui bahwa bakteri dapat
tumbuh optimum pada suhu ruang yakni pada suhu 20-30 oC, yang
ditandai dengan terjadinya perubahan pada media cair menjadi kekeruhan. Media
yang disimpan pada suhu 50 oC juga terjadi perubahan menjadi keruh
dan juga terjadi pengurangan media. Dari pernyataan diatas bahwa bakteri pada
suhu 50 oC juga dapat hidup,
hanya saja bakteri yang hidup disitu sangat sedikit jika dibandingkan dengan
pertumbuhan bakteri pada suhu ruang. Hal ini ditandai dengan adanya perbedaan
tingkat kekeruhan pada media yakni kekeruhan yang terjadi pada suhu ruang lebih
banyak atau lebih pekat dibanding pada suhu 50 oC. Lain halnya media yang ada pada suhu 4 oC,
terlihat bahwa tidak ada tanda-tanda
kehidupan bakteri. Hal ini ditandai dengan
tidak adanya perubahan yang terjadi pada larutan atau media cair karena
media terlihat jernih. Dari uraian diatas dan hasil pengamatan bahwa bakteri tidak
dapat hidup atau tumbuh pada suhu yang terlalu rendah maupun suhu yang terlalu
tinggi. Berdasarkan pada temperatur tersebut, bakteri yang tumbuh pada
percobaan ini adalah termasuk mikroba mesofil, yakni mikroba yang dapat hidup
atau tumbuh pada temperatur minimum 10 oC, optimum 25-37 oC
dan maksimum 55 oC.
Selain faktor
suhu yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, dalam percobaan ini juga dilakukan
penyinaran terhadap pertumbuhan mikroba yang mana juga merupakan faktor
lingkungan yang dapat mempemgaruhi pertumbuhan mikroba tersebut. Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa semakin banyak penyinaran UV terhadap
pertumbuhan bakteri, maka semakin sedikit pula yang akan hidup atau tumbuh. Hal
ini ditandai dengan semakin jernihnya media yang disinari UV sebanyak 3 kali
maupun 2 kali.
Tekanan
osmotik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri karena merupakan
faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Faktor ini biasa
disebut dengan faktor-faktor kimia atau desinfektan.
Dimana desinfektan merupakan bahan kimia yang menyebabkan desinfeksi, yaitu
proses untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme terutama yang
bersifat patogen. Desinfektan membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama
sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asam organik menyebabkan
hancurnya bakteri. Pekat atau encernya konsentrasi pada bahan kimia dan lamanya
berada di bawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang
diperhitungkan. Berdasarkan hasil percobaan ini terlihat bahwa media semakin
keruh setelah penambahan bahan kimia yakni NaCl sebanyak 15 %. Berbeda halnya
dengan media yang ditambahkan dengan NaCl sebanyak 5%, media juga berubah
menjadi keruh, hanya saja kekeruhannya sangat sedikit atau bahkan tidak ada
sama sekali. Jadi bakteri akan lebih banyak tumbuh pada media apabila media
tersebut di tambahkan lebih banyak garam atau NaCl atau bahkan bahan-bahan
kimia lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada
praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh suhu/temperatur, tekanan
osmotik dan radiasi UV merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan dampak yang ditimbulkan nyata terhadap
mikroba.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiyani
Dwi, Imamuddin Hartati, Farida Erni Nur dan Oedjijono, 2004, “Pengaruh pH dan Substrat Organik Terhadap
Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Pengoksidasi Amonia”, Jurnal Biodiversitas, Vol. 5 (2).
Darkuni, M. N., 2001, Mikrobiologi (Bakteriologi,
Virologi, dan Mikologi), Universitas Negeri Malang, Malang.
Esoy,
A., H. Odegaard and G. Bentzen, 1998, “The Effect of Sulphide and Organic Matter
on The Nitrification Activity In Biofilm Procces”, Jurnal Water Science Technology, Vol. 37 (1): 115-122.
Jahuddin Rahmat, Baharuddin dan Kuswinanti
Tutik, 2007, “Pengaruh beberapa Faktor Lingkungan dan Bakteri Antagonis
terhadap Tingkat Serangan Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophtor
Capsici) pada Tanaman Lada (Piper nigrum l.)”, Prosiding
Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, Sulawesi
Selatan.
Lestari Erlina D. dan Utomo
Setyo B., 2009, “Pengaruh Bioksida Pengoksidasi terhadap
Pertumbuhan Mikroorganisme pada Air Pendingin Sekunder RSG-Gas”, Jurnal SDM Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176.
Pelczar, MJ
dan ECS. Chan,2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid II, Penerbit Universitas
Indonesia (UI - Press), Jakarta.
Suharjono, 2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan
Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Brawijaya. Malang.
Suharni, Theresia Tri dkk., 2008, Mikrobiologi
Umum, Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Zhao,
H.W., D.S. Mavinic, W.K. Oldham, and F.A. Koch, 1999, “Controlling factors for
simultaneous nitrification and denitrification in a two-stage intermittent
aeration process treating domestic sewage”, Jurnal
Water Resources, Vol.
33 (4): 961-970.
LAPORAN
MIKROBIOLOGI UMUM
PERCOBAAN VII
PENGARUH
LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA
OLEH :
NAMA :
JUMAING
STAMBUK :
FI CI 10 020
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN :
HANAS
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2012
bagus....
BalasHapuswww.tafshare.com