Selasa, 11 Desember 2012

faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri.
Seperti makhluk hidup pada umumnya, pertumbuhan mikroba tentunya tidak lepas dari pengaruh lingkungan. Faktor-faktor yang mempengaruhi itu dapat berupa faktor fisika, faktor kimia, maupun faktor biologi. Namun, pertumbuham mikroba ini tidak hanya dipengaruhi faktor lingkungan, tetapi juga mempengaruhi keadaan lingkungan. Karena ukurannya yang sangat mikroskopis, pertumbuhan mikroba sangat tergantung pada keadaan sekelilingnya.
Perubahan faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroba dapat mengakibatkan terjadinya perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, dan untuk menunjang pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda-beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, tentunya diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai. Maka dari itu dalam praktikum ini kami mencoba untuk melakukan suatu perlakuan yang dapat mengetahui faktor-faktor lingkungan apa saja yang sesuai pada pertumbuhan mikroba.  
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana cara untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.
C.    Tujuan
Tujuan percobaan kali ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba.







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pertumbuhan sel. Pada jasad bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah besar jasadnya. Dalam membahas pertumbuhan mikrobia harus dibedakan antara pertumbuhan masing- masing individu sel dan pertumbuhan kelompok sel atau pertumbuhan populasi (Suharjono, 2006).
Faktor temperatur merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi peertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim yang menjalankan metabolisme sangat peka terhadap temperatur. Berdasarkan temperatur minimum, optimum dan maksimum yang dimiliki mikrobia digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu mikrobia psikrofil, mikrobia mesofil, dan mikrobia termofil (Suharni, 2008).
Pertumbuhan mikroba pada umumnya sangat tergantung dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan, perubahan faktor lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi. Hal ini dikarenakan, mikroba selain menyediakan nutrient yang sesuai untuk kultivasinya, juga diperlukan faktor lingkungan yang memungkinkan pertumbuhan optimumnya. Mikroba tidak hanya bervariasi dalam persyaratan nutrisinya, tetapi juga menunjukkan respon yang berbeda – beda. Untuk berhasilnya kultivasi berbagai tipe mikroba, diperlukan suatu kombinasi nutrient serta faktor lingkungan yang sesuai (Pelczar dan Chan, 2006).
Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbedadan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya (Darkuni, 2001).
Upaya pengendalian yang telah dilakukan meliputi penggunaan fungisida sistematik dan perbaikan kultur teknis, namun hasilnya belum memuaskan (Manohara dan Kasim, 1996). Disamping itu pengendalian patogen secara kimiawi akan berdampak negatif terhadap lingkungan termasuk mikroorganisme non patogen. Patogen yang bersifat soil borne seperti P. capsici kehidupannya di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh interaksi antara pathogen dengan faktor lingkungannya baik yang bersifat biotik maupun yang bersifat abiotik (Sutrisno et al., 1976). Faktor abiotik dapat berupa kadar air, kelembaban, pH, dan unsur hara, sedang faktor biotik berupa mikroba tanah baik dari golongan bakteri maupun jamur. Selanjutnya dikatakan bahwa faktor biotik dan abiotik itulah yang sangat berpotensi untuk dimanipulasi sebagai faktor epidemik untuk tujuan pengendali (Zadoks dan Scheim, 1979). Menurut Curl (1982) patogen yang bersifat soil borne kehidupannya banyak berinteraksi dengan biota lain pada zone rhisofer maupun pada zone rhizoplane, sehingga dengan demikian pengendalian hayati akan mempunyai prospek yang lebih baik. Selanjutnya dikatakan bahwa berbagai agen hayati yang dapat digunakan antara lain mikroorganisme antagonis dari kelompok jamur dan bakteri dan golongan pemangsa (Collembola)(Jahuddin et al., 2007).
Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan.enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk perngolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada. Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat. Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan (Lestari et al., 2009).
Bakteri autotrofik menggunakan CO2 sebagai sumber karbon, sedangkan bakteri heterotrofik menggunakan senyawa organik, seperti asetat, piruvat, dan oksaloasetat sebagai sumber karbon. Laju pertumbuhan bakteri yang bersifat autotrofik lebih lambat dibandingkan dengan bakteri heterotrofik. Derajat keasaman (pH) merupakan salah satu faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan aktivitas bakteri pengoksidasi amonia (Esoy et al., 1998). Derajat keasaman (pH) optimum untuk pertumbuhan bakteri pengoksidasi amonia yang bersifat autotrofik berkisar dari 7,5 sampai 8,5 (Ratledge, 1994). Sedangkan bakteri yang bersifat heterotrofik lebih toleran pada lingkungan asam, dan tumbuh lebih cepat dengan hasil yang lebih tinggi pada kondisi dengan konsentrasi DO rendah (Zhao et al., 1999)(Agustiyani et al., 2004). 













BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.     Waktu dan Tempat
Praktikum ini dalaksanakan pada tanggal 10 November 2012 hari Sabtu pukul 11.00-14.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Biokimia MIPA Universitas Haluoleo Kendari.
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan pada percobaan kali ini adalah laminar, open, tabung reaksi, gelas kimia, batang pengaduk, inkubasi dan ose. 
2.      Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah fernipan, NaCL (5% dan 15%), media cair NA dan asam nukleat.








B.     Pembahasan
Aktivitas mikroba dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungannya. Perubahan lingkungan dapat mengakibatkan perubahan sifat morfologi dan fisiologi mikroba. Beberapa kelompok mikroba sangat resisten terhadap perubahan faktor lingkungan. Mikroba tersebut dapat dengan cepat menyesuaikan diri dengan kondisi baru tersebut. Faktor lingkungan meliputi faktor-faktor abiotik (fisika dan kimia) meliputi pengaruh suhu, pH dan pengaruh daya desinfektan dan faktor biotik yaitu antibiose.
Mikroba hanya dapat hidup pada kondisi lingkungan yang sesuai. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses pertumbuhan mikroba di antaranya adalah pengaruh suhu, pengaruh waktu, pengaruh suplai zat gizi, pengaruh aktivitas air, pengaruh ketersediaan oksigen, faktor-faktor kimia (pengaruh daya desinfektan), pengaruh radiasi dan pengaruh pH. Pada percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor kimia yakni tekanan osmotik dan faktor fisik yakni pengaruh suhu dan penyinaran UV terhadap pertumbuhan mikroba dan media yang digunakan untuk pertumbuhan mikroba adalah media cair.
Berdasarkan teori pH minimum, optimum dan maksimum untuk pertumbuhan, mikroba dapat digolongkan ke dalam mikroba asidofilik, neutrofilik dan mikroba alkalinofilik. Tiap mikroba mempunyai kisaran pH tertentu untuk pertumbuhannya. Biasanya pH untuk bakteri 6.5-7.5, khamir 4.0-4.5, jamur benang dan aktinomisetes pada pH yang lebih luas 2.0-8.0. Lingkungan memberikan pengaruh besar terhadap pertumbuhan mikroba. Tapi pada percobaan ini tidak dilakukan pengaruh tersebut, sehingga tidak dapat kita buktikan.
Selain itu mikroba juga dapat dibedakan berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, yakni mikroorganisme aerob adalah mikroorganisme yang memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob adalah mikroorganisme yang tidak memerlukan oksigen untuk metabolismenya, mikroorganisme anaerob fakultatif adalah mikroorganisme yang dapat hidup secara aerob atau pun anaerob dan mikroorganisme mikro aerofilik adalah mikrooganisme yang dapat hidup dengan menggunakan sedikit oksigen.
Faktor suhu merupakan faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi pertumbuhan dan kehidupan mikroba karena enzim sangat peka terhadap temperatur dalam menjalankan proses metabolisme. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, diketahui bahwa bakteri dapat tumbuh optimum pada suhu ruang yakni pada suhu 20-30 oC, yang ditandai dengan terjadinya perubahan pada media cair menjadi kekeruhan. Media yang disimpan pada suhu 50 oC juga terjadi perubahan menjadi keruh dan juga terjadi pengurangan media. Dari pernyataan diatas bahwa bakteri pada suhu 50 oC  juga dapat hidup, hanya saja bakteri yang hidup disitu sangat sedikit jika dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri pada suhu ruang. Hal ini ditandai dengan adanya perbedaan tingkat kekeruhan pada media yakni kekeruhan yang terjadi pada suhu ruang lebih banyak atau lebih pekat dibanding pada suhu 50 oC.  Lain halnya media yang ada pada suhu 4 oC, terlihat bahwa  tidak ada tanda-tanda kehidupan bakteri. Hal ini ditandai dengan  tidak adanya perubahan yang terjadi pada larutan atau media cair karena media terlihat jernih. Dari uraian diatas dan hasil pengamatan bahwa bakteri tidak dapat hidup atau tumbuh pada suhu yang terlalu rendah maupun suhu yang terlalu tinggi. Berdasarkan pada temperatur tersebut, bakteri yang tumbuh pada percobaan ini adalah termasuk mikroba mesofil, yakni mikroba yang dapat hidup atau tumbuh pada temperatur minimum 10 oC, optimum 25-37 oC dan maksimum 55 oC. 
Selain faktor suhu yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba, dalam percobaan ini juga dilakukan penyinaran terhadap pertumbuhan mikroba yang mana juga merupakan faktor lingkungan yang dapat mempemgaruhi pertumbuhan mikroba tersebut. Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, bahwa semakin banyak penyinaran UV terhadap pertumbuhan bakteri, maka semakin sedikit pula yang akan hidup atau tumbuh. Hal ini ditandai dengan semakin jernihnya media yang disinari UV sebanyak 3 kali maupun 2 kali.
Tekanan osmotik juga sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri karena merupakan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba. Faktor ini biasa disebut dengan faktor-faktor  kimia atau desinfektan. Dimana desinfektan merupakan bahan kimia yang menyebabkan desinfeksi, yaitu proses untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme terutama yang bersifat patogen. Desinfektan membunuh bakteri dengan tidak merusaknya sama sekali, tetapi zat-zat kimia seperti basa dan asam organik menyebabkan hancurnya bakteri. Pekat atau encernya konsentrasi pada bahan kimia dan lamanya berada di bawah pengaruh desinfektan, merupakan faktor-faktor yang diperhitungkan. Berdasarkan hasil percobaan ini terlihat bahwa media semakin keruh setelah penambahan bahan kimia yakni NaCl sebanyak 15 %. Berbeda halnya dengan media yang ditambahkan dengan NaCl sebanyak 5%, media juga berubah menjadi keruh, hanya saja kekeruhannya sangat sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali. Jadi bakteri akan lebih banyak tumbuh pada media apabila media tersebut di tambahkan lebih banyak garam atau NaCl atau bahkan bahan-bahan kimia lainnya.  












BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada praktikum ini maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh suhu/temperatur, tekanan osmotik dan radiasi UV merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan mikroba dan dampak yang ditimbulkan nyata terhadap mikroba.











DAFTAR PUSTAKA
Agustiyani Dwi, Imamuddin Hartati, Farida Erni Nur dan Oedjijono, 2004, “Pengaruh pH dan Substrat Organik Terhadap Pertumbuhan dan Aktivitas Bakteri Pengoksidasi Amonia”, Jurnal Biodiversitas, Vol. 5 (2).

Darkuni, M. N., 2001, Mikrobiologi (Bakteriologi, Virologi, dan Mikologi), Universitas Negeri Malang, Malang.
Esoy, A., H. Odegaard and G. Bentzen, 1998, “The Effect of Sulphide and Organic Matter on The Nitrification Activity In Biofilm Procces”, Jurnal Water Science Technology, Vol. 37 (1): 115-122.

Jahuddin Rahmat, Baharuddin dan Kuswinanti Tutik, 2007,  Pengaruh beberapa Faktor Lingkungan dan Bakteri Antagonis terhadap Tingkat Serangan Penyebab Penyakit Busuk Pangkal Batang (Phytophtor Capsici) pada Tanaman Lada (Piper nigrum l.)”, Prosiding Seminar Ilmiah dan Pertemuan Tahunan PEI dan PFI XVIII Komda Sul-Sel, Sulawesi Selatan.

Lestari Erlina D. dan Utomo Setyo B., 2009, “Pengaruh Bioksida Pengoksidasi terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme pada Air Pendingin Sekunder RSG-Gas”, Jurnal SDM Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176.

Pelczar, MJ dan ECS. Chan,2006, Dasar-Dasar Mikrobiologi jilid II, Penerbit Universitas Indonesia (UI - Press), Jakarta.

Suharjono, 2006. Komunitas Kapang Tanah di Lahan Kritis Berkapur DAS Brantas Pada Musim Kemarau. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Brawijaya. Malang.
Suharni, Theresia Tri dkk., 2008, Mikrobiologi Umum, Penerbit Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.
Zhao, H.W., D.S. Mavinic, W.K. Oldham, and F.A. Koch, 1999, “Controlling factors for simultaneous nitrification and denitrification in a two-stage intermittent aeration process treating domestic sewage”, Jurnal Water Resources, Vol. 33 (4): 961-970.









LAPORAN MIKROBIOLOGI UMUM
PERCOBAAN VII
PENGARUH LINGKUNGAN TERHADAP PERTUMBUHAN MIKROBA


OLEH :

NAMA                       : JUMAING
STAMBUK               : FI CI 10 020
KELOMPOK            :  II (DUA)
ASISTEN                   : HANAS

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2012

1 komentar: