Minggu, 16 Desember 2012

menentukan kadar fe dalam sampel air dengan menggunakan AAS


I.                   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Air sangat penting bagi mahluk hidup, karena air adalah sumber daya alam yang diperlukan untuk hidup. Karena air adalah sumber kehidupan, maka keberadaannya harus kita lindungi dari kontaminasi logam-logam berat, agar tetap bermanfaat bagi manusia maupun mahluk hidup lainnya. Sumber air bermanfaat dalam bebagai kepentingan, maka harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang.  Dengan itu bagi segenap pengguna air, harus ditanamkan kebiasaan dalam penghematan dan pelestarian terhadap sumber air. Air memiliki kandungan logam tertentu yang diakibatkan berbagai faktor. Dalam hal ini penentuan kelayakan air untuk dikonsumsi, perlu diketahui kandungan logam yang dikandungnya. Maka dari itu, dalam percobaan ini dilakukan analisis kadar tembaga terhadap sampel air yang telah di ambil di kali wanggu kota kendari.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada percobaan ini adalah bagaimana mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ?
C.    Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
D.    Manfaat
Manfaat setelah mengikuti praktikum ini mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).













II.                TINJAUAN PUSTAKA
Keberadaan logam-logam berat di lingkungan seperti tembaga, kadmium dan timbal merupakan masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius. Adanya ion-ion logam berat dalam limbah industri telah lama menjadi objek dalam bidang kimia analitik dan kimia lingkungan. Limbah yang mengandung logam berat perlu mendapat perhatian khusus, mengingat dalam konsentrasi tertentu dapat memberikan efek toksik yang berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan di sekitarnya (Lelifatri, 2010).
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1083oC. Karena potensial elektroda standarnya adalah positif, (+ 0.43 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga (Vogel, 1985).
Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan absorbansi, maka hukum lambertbeer dapat digunakana jika sumbernya adalah monokromatis. Pada AAS, panjang gelombang garis absorbsi resonansi identik dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan lebar puncak sekitar 0.002 – 0.005 nm. Jelas pada teknik AAS, diperlukan sumber radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama pada proses absorbsi nya. Dengan cara ini efek pelebaran puncak dapat dihindarkan. Suber radiasi terssebut dikenal sebagai lamu Hollowe cathode (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas yang cukup tinggi, sehingga sering dijadika sebagai pilihan utama dalam menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb). Prinsip dasar pengukuran SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dam keadaan tereksitasi. Pada pembentukan atom-atom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya dilakukan dalam nyala (Rohman, 2007).
Analisis cemaran logam berat pb, cu, dan cd pada ikan air tawar dengan metode spektrometri serapan atom. Telah dilakukan analisis logam berat Pb, Cu dan Cd dalam cuplikan ikan air tawar dengan metode spektrometri nyala serapan atom (SSA). Preparasi awal cuplikan dilakukan dengan ikan dicuci, diambil daging , dikeringkan, ditumbuk dan disaring hingga lolos 100 mesh, dilarutkan dengan teknik teflon bom digesti sampai diperoleh larutan cuplikan yang siap untuk dianalisis. Parameter analisis dengan SSA meliputi kondisi optimum analisis, kurva kalibrasi unsur, rentang konsentrasi terpakai, kelayakan alat uji dan validasi metode uji. Diperoleh kadar Pb dan Cu dalam tiga jenis ikan (ikan mas, nila, dan lele) dari kolam air tawar yang berbeda (selokan Mataram, sungai Winongo, sungai Cebongan, sungai Bedog) tidak ada perbedaan yang signifikan. Sedangkan kadar Cd dalam cuplikan tiga jenis ikan berada di bawah batas deteksi. Alat uji SSA masih layak sebagai alat uji dengan perolehan akurasi 0,65 % dan presisi 0,019 ppm berada di bawah batas yang dipersyaratkan 1 % dan 0,04 ppm (Supriyanto, 2007).
Peningkatan kadar logam berat dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar logam berat dalam biota laut yang pada gilirannya melalui rantai makanan akan menimbulkan keracunan a kut dan khronik, bahkan bersifat karsinogenik pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian yang telah dilakukan oleh Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom (SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba ya, mengandung logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih Surabaya, mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang dilakukan dengan metode yang sama oleh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang di Pantai Kenjeran Surabaya menyatakan bahwa kadar logam berat Cadmium dalam daging kerang adalah 1,21 ppm. Hasil penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa kandungan logam berat Cadmium dalam kerang dan ikan di Pantai Kenjeran telah melampaui ambang batas kandungan logam berat Cadmium yang dianjurkan oleh ILO/WHO dalam hewan laut dalam hal ini kerang yang dikonsumsi oleh manusia adalah sebesar 0,1 ppm (Fitri, 2005).
Logam berat Pb dan Cu dalam perairan merupakan suatu masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena logam berat dapat berpengaruh buruk terhadap organisme yang hidup di perairan tersebut. Logam berat dapat berakumulasi lebih besar pada organisme tropik tingkat tinggi dalam rantai makanan (Nybakken, 1985). Pb dalam sedimen Pelabuhan Benoa, Bali telah dilaporkan melebihi ambang batas yaitu 12,50 – 21,80 mg/kg (Santosa, 2000). Daya racun Pb yang akut pada perairan alami menyebabkan kerusakan hebat pada ginjal, sistem reproduksi, hati dan otak serta sistem syaraf sentral, dan bisa menyebabkan kematian (Achmad, 2004). Dilihat dari keberadaan Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan international, maka setiap tahun aktivitasnya terus bertambah (dengan kunjungan kapal yang tertinggi dibandingkan dengan pelabuhan lainnya yang berada di Bali). Pelabuhan Benoa tidak hanya digunakan sebagai tempat berlabuhnya kapal dagang dan kapal penangkap ikan, tetapi juga digunakan sebagai tempat palaksanaan kegiatan kelautan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan besar kandungan logam berat pada sedimen di Pelabuhan Benoa cukup tinggi (Indu, 2001) (Sahara, 2009).









III.             METODE PRAKTIKUM
A.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 14  September 2012,  hari rabu pukul 13.00 – 15.30 WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia Analitik MIPA Universitas Haluoleo Kendari.
B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
Alat yang digunakan adalah labu takar 50 ml dan 25 ml, pipet tetes, gelas kimia, corong kecil, pipet ukuran 1 ml, hot plate dan kaca arloji. 
2.      Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HNO3 pH 2.0, larutan stock Cu (II) 1000 ppm dan sampel air kali wanggu kota kendari.
  







IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan













B.     Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar tembaga (Cu) pada sampel air kali wanggu dengan menggunakan spektrofotometer  serapan atom (SSA). Dimana SSA merupakan interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, atau proses pengatoman dari tingkat dasar ke tingkat tinggi,dimana dalam proses pengatoman setiap jenis logam memiliki penyinaran dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini didasarkan pada emisi dan absorbansi dari uap atom.
Dalam percobaan ini langka pertama yang dilakukan adalah memasukkan bagian ujung konektor kedalam masing botol yang berisi dengan larutan standar dari tembaga (Cu) yang telah diidentifikasikan kasentrasinya 0, 1, 2, 3, 4 dan  5 ppm dan konsentrasi identik SSA sebesar 0, 1.005, 2. 0.015, 2.910, 4.040 dan 5.035 ppm. Setiap botol gelap berisi dengan larutan standar, memiliki spektrum yang berbeda-beda berdasarkan data hasil dari alat spektrofotometer serapan atom (SSA). Dengan nilai absorbansi yang diperoleh juga berbeda masing –masing sebesar 0, 0.1015, 0.1910, 0.2623, 0.3435 dan 0.4084 A. Dengan adanya data yang diperoleh dari hasil bacaan alat spektrofotometer serapan atom (SSA), dapat digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari tiap-tiap larutan sampel  dengan persamaan garis yang diperoleh y = 0.080x + 0.016. Berbeda pula pada larutan sampelnya diperoleh hasil AAS 0.020, 0.030, 0.138, 0.057 dan 0.004. dari data itu diperoleh persamaan garis y = 1.040x + 0.012.
Berdasarkan hasil dari bacaan alat spektrofotometer serapan atom (SSA) dapat disimpulkan bahwa semua sampel mengandung unsur tembaga dengan konsentrasi yang berbeda terutama sampel air kali wanggu.




















PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kesimpulan dalam percobaan ini yaitu uji kualitatif dan kuantitatif, pada uji kualitatif dari kelima sampel mengandung unsur logam tembaga (Cu) berurut-urut yaitu 0.020 mg/L, 0.030 mg/L, 0.138 mg/L, 0.057 mg/L dan 0.004 mg/L.
















DAFTAR PUSTAKA
Achmad, R., 2004, Kimia Lingkungan, Penerit ANDI, Yogyakarta
C . Supriyanto, Samin dan  Kamal  Zainul, 2007,  Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA) “.  Jurnal SDM Teknologi Nuklir, ISSN 1978-0176.
Indu, 2001, Benoa Potensial Jadi Pelabuhan Bisnis, Bali Post, 29 Mei 2001, Denpasar.
Keman, Soedjajadi. (1998). Pencemaran Lingkungan dan Deteksi Dininya, Seminar Sehari Tentang Efek Pence maran Lingkungan Terhadap Kesehatan Sistem Reproduksi . Surabaya: FKM Unair
Khopkar,S.,M., 1990. “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Cetakan Pertama, UI-Press ; Jakarta.
Lelifajri, 2010.” Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari Limbah Serbuk Kayu Gergaji”.Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 7, No. 3 ; 126-129.
Moesriati, Atiek. (1995). Pengaruh Logam Berat Cd Dalam Ikan dan Kerang terhadap Kesehatan Masyarakat Nelayan di Kelurahan Sukolilo Kecamatan Kenjeran , Tesis, Pascasarjana Unair. Surabaya.
Nyabakken, W.J., 1985, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis, P.T. Gramedia, Jakarta.
Pikir, Suharno .(1993). Sedimen dan Kerang Sebagai Indikator Adanya Logam Berat Cd, Hg dan Pb dalam Pencemaran di Lingkungan Estuari, Disertasi, Pascasarjana Unair. Surabaya.
Rohman,A., 2007. “Kimia Farmasi Analisis”, Cetakan Kedua, Penerbit Pustaka Pelajar, yogyakarta.
Sahara E., 2009, “ Distribusi Pb dan Cu pada Berbagai Ukuran Partikel Sedimen di Pelabuhan Benoa “, Jurnal Kimia, Vol. 3 (1).
Santosa, Y. K., 2000, Kandungan Logam Timbal (Pb) dalam Air Laut, Sedimen, dan Ikan Lemuru (sardinella Longiceps) di Pelabuhan Benoa, Skripsi, Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Denpasar.
 Sari Fitri Indah dan Keman Soedjajadi, 2005, “ Efektifitas Larutan Asam Cuka Untuk Menurunan Kandungan Logam Berat Cadmium dalam Daging Kerang Bulu “, Jurnal Kesehatan Lingkungan, Vol. 1 (2).
Vogel, 1985. “Kimia Analisis Anorganik Kualitatif”, Cetakan Pertama, PT. Kalman Media Pustaka ; Jakarta.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar