BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Di
bidang teknik kimia seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau
lelehan, tanpa mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair
tersebut. Seringkali juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus
dibersikan atau harus dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud
tersebut proses kristalisasi dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan
susunan atom atau molekul yang teratur. Yang dimaksud kristalisai adalah
pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil
dari krisralisasi dari lelehan sering harus didinginkan lagi atau dikecilkan
ukurannya.
Natrium adalah salah satu logam alkali pembentukan garam yang bersifat
basa. Unsur ini berkilau, lunak dan merupakan konduktor listrik yang baik.
Umumnya natrium disimpan dalam minyak untuk mencegah bereaksinya dengan air
yang berasal dari udara. Jika sepotong logam natrium yang baru dipotong dilelehkan, kemudian diletakkan kedalam gelas
beaker yang terisi penuh oleh gas klorin yang berwarna hijau kekuningan, sesuatu yang sangat menabjukkan
akan terjadi. Natrium yng meleleh mulai bercahaya dengan cahaya dengan cahaya putih yang semakin lama semakin
terang. Sementara, gas klorin akan teraduk dan warna gas mulai menghilang.
Dalam beberapa menit, reaksi selesai dan akan diperoleh garam meja atau NaCl yang
terendapkan didalam gelas beaker. Proses pembentukan garam meja adalah sesuatu
yang sangat menabjukkan.
Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan
belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit. Garam
alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan dibidang fotografi,
dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi
dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag (S2O3)-
dan Ag(S2O3)23- . Ion tiosulfat
dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion lain.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah bagaimana tehnik pembuatan
natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.
C.
Tujuan
Adapun
tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk mempelajari tehnik pembuatan garam
natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Natrium dan kalium
melimpah di litosfer (2,6% dan 2,4%). Terdapat sejumlah besar kandungan
garam-garam bantuan, NaCl dan karnalit, KCl, MgCl26H2O
yang dihasilkan dari laut dalam jangka waktu geologis. Danau garam besar di Utha
dan laut mati Israel merupakan contoh proses penguapan yang masih berlangsung
sampai saat ini. Natrium dan kalium dapat tersebar dengan pelelehan, pada
berbagai padatan pendukung seperti Na2CO3, kieselguhr dan
lainnya. Unsur-unsur dipakai sebagai katalis untuk berbagai reaksi alkena,
antara lain dimerisasi propena menjadi 4-metil-1-pentana (Cotton, 1998).
Natrium tiosulfat (Na2SO3) dapat dibuat dari H2SO4.
H2SO4 adalah asam yang sangat penting yang digunakan
dalam industri kimia. H2SO4 mencair pada suhu 10,5oC
membentuk cairan kental. H2SO4 berikatan dengan hidrogen
dan tidak bereaksi dengan logam di dalam air untuk menghasilkan H2. H2SO4
menyerap air dan dapat menghasilkan gas. Ion H2SO4 adalah
tetrahedaral, mempunyai panjang ikatan 1,49A, mempunyai rantai pendek. Ikatan S
– O memiliki 4 ikatan σ antara S dan O dan 2 ikatan π yang didelokalisasi S dan 4 atom O. Asam tiosulfat H2SO3
tidak dapat dibentuk dengan menmbahkan asam kedalam tiosulfat karena pemisahan
asam bebas dalam air kedalam campuran S, H2S, H2Sn, SO2
dan H2SO3 (http//blogspot.com/html).
Uji kuantitatif kandungan gulkosa menggunakan metode Luff Schroorl yang
didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri-oksida menjadi kupro-oksida karena
adanya gula pereduksi. Sebanyak 2 mL larutan blanko dititrasi dengan larutan
0,1 N Na-tiosulfat, kemudian dilakukan juga titrasi terhadap larutan sampel
menggunakan penitrasi yang sama. Untuk mengetahui apakah titrasi sudah cukup
maka dipergunakan indikator amilum yang ditandai dengan perubahan warna dari
warna biru menjadi putih. Agar warna biru menjadi warna putih dengan tepat,
maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah
diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian
dikonsultasikan dengan tabel yang tersedia (menunjukkan hubungan antara
banyaknya natiosulfat dengan banyaknya gula pereduksi), sehingga dapat
diketahui jumlah gula pereduksi dalam larutan (Ratnawati, 2007).
Dari penelitian Djunarko (2007) diketahui bahwa pada dosis yang tinggi
(195 mg/KgBB menit) natrium nitrit dapat menyebabkan keracunan, sedangkan pada
dosis yang kecil (20 mg/KgBB menit) natrium nitrit belum dapat menolong
keracunan sianida akut, dan diketahui pada dosis efektifnya sebesar 62,460
mg/KgBB menit. Dari literatur diketahui bahwa kombinasi natrium tiosulfat dan
natrium nitrit memberikan efek yang sinergis bila digunakan sebagai antidotum
keracunan sianida akut. Natrium tiosulfat akan bekerja dengan mekanisme
mempercepat eliminasi, sedangkan natrium nitrat akan bekerja dengan mekanisme
hambatan bersaing (Libertus, 2008).
Dalam senyawa tio, atom S menggantikan atom O. Penggantian suatu atom O
dalam ion sulfat (SO42-) menghasilkan ion tiosulfat (S2O32-).
Bilangan oksidasi formal S dalam S2O32- adalah
+ 2. Anion-anion yang merupakan turunan dari sederet asam yang digunakan asam
tionat (H2SnO6) dimana n = 2,3,4,5 dan 6. Ion tiosulfat
terbentuk jika larutan basa dari natrium sulfit didihkan dengan unsur belerang.
Belerang teroksidasi dan ion sulfit tereduksi (Petruci, 1987).
Penentuan kadar besi ini dilakukan dengan metode spektrofotometri
UV-Vis. Dimana dalam metode ini, besi terlebih dulu direduksi dari Fe3+ menjadi
Fe2+ dengan pereduksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) kemudian dikomplekskan dengan
4,7-difenil-1,10-fenantrolin (bathofenantrolin) dan ditambahkan larutan buffer
asetat atau buffer ammonium dengan variasi pH 2-10 kemudian ditentukan panjang
gelombang maksimum dari kompleks besi (II)-bathofenantrolin tersebut. Analisa
selanjutnya adalah dari variasi pH larutan buffer asetat dan buffer ammonium
akan ditentukan pH optimum buffer asetat dan ammonium. Sedangkan dari variasi
konsentrasi pereduksi natrium tiosulfat akan ditentukan konsentrasi optimumnya
dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dengan metode validasi menggunakan
spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Dari penelitian
diperoleh panjang gelombang maksimum kompleks besi (II)-bathofenantrolin adalah
536 nm; pH optimum buffer asetat adalah pH 4 dan 6 dengan RSD 0,286 ppt dan
0,418 ppt sedangkan pH optimum buffer ammonium adalah pH 9 dengan RSD 0,729
ppt. Sedangkan dari variasi konsentrasi natrium tiosulfat diperoleh konsentrasi
optimumnya dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ adalah pada konsentrasi 12 ppm
dengan tingkat keakurasian metode paling tinggi yang ditunjukkan oleh harga
%recovery 99,375% (Khamsatul 2006).
Keracunan nitrat
merupakan masalah utama pada ternak ruminansia. Keracunan disebabkan ternak
mengkonsumsi hijauan yang mengandung nitrat tinggi akibat pemupukan. Di dalam
rumen, nitrat akan direduksi menjadi nitrit
yang toksik. Jika
diabsorpsi darah, nitrit akan mengubah pembentukan Hb (Fe2+) menjadi MetHb
(Fe3+) dalam darah sehingga darah tidak mampu membawa oksigen. Akibatnya
jaringan kekurangan oksigen (hypoxia). Bila kandunganMetHb dalam
darah mencapai 80−90% maka ternak akan mati. Untuk mengatasi masalah tersebut,
perlu diketahui proses keracunan nitrat pada ternak dengan menganalisis
kandungan nitrat dalam pakan (hijauan) dan air minum. Perlu pula mendiagnosis
keracunan nitrat berdasarkan gejala yang timbul dan menganalisis kandungan
nitrat dalam pakan. Pengobatan keracunan nitrat pada ternak dilakukan dengan
menginjeksikan larutan methylene blue untuk mereduksi MetHb menjadi Hb.
Pencegahan yang utama ialah dengan memantau kandungan nitrat dalam hijauan sebelum
diberikan pada ternak (Yuningsi, 2007).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.
Alat dan Bahan
1. Alat
alat yang digunakan pada percobaan ini
adalah 1 set alat refluks, pengaduk, elektromantel, cawan penguapan, timbangan
analitik, kertas saring, corong, statif dan klem.
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini
adalah natrium sulfit anhidrat, serbuk belerang, natrium sulfit, larutan iodium
dalam iodida dan aquades.
B.
Prosedur Kerja
|
|
|||||||
Rendamen =
B.
Pembahasan
Natrium tiosulfat adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam
terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat
mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Ion tiosulfat dapat diperoleh
secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan
cara mendekomposisi ion ditionit. Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi
terutama untuk kebutuhan dibidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk
melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat
dapat membentuk kompleks Ag(S2O3)- dan Ag(S2O3)23+.
Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion logam lain.
Dalam percobaan ini akan dipelajari begaimana cara pembuatan garam
natrium tiosulfat dan mempelajari sifat-sifatnya. Garam natrium tiosulfat (Na2S2O3)
merupakan suatu senyawa tiosulfat dari alkali (natrium). Garam ini memilki
sifat hidrokopis (mudah menyerap air di udara) sehingga seringkali di jumpai
dalam bentuk hidratnya dibandingkan bentuk murninya. Bentuk hidrat dari garam
natrium tiosulfat paling banyak dalam bentuk 5-hidrat dan 10-hidratnya, karena
garam natrium tiosulfat berbentuk serbuk putih, tetapi untuk mereaksikannya
tetap dalam bentuk padat karena tingkat kelarutannya yang cukup tinggi dan
dapat pula dijadikan dalam bentuk larutan.
Dalam percobaan ini diawali dengan merefluks natrium sulfit dan belerang
dalam sebuah labu alas bulat. Tujuan dari refluks ini yakni untuk mempercepat
endapan maka larutan ini disaring dan filtranya dipanaskan hingga volumenya
menjadi setengah dari volume awalnya kemudian disaring kembali dan dikeringkan
sehingga diperoleh endapan natrium tiosulfat. Pertama pembuatan natrium
tiosulfat dengan menggunakan natrium sulfit sebanyak 7,54 gram direfluks
bersamaan dengan 10 mL aquades dan 0,2 gram belerang.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah natrium tiosulfat dapat dibuat
dengan merefluks natrium sulfit bersamaan dengan belerang.
LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
PERCOBAAN
IV
NATRIUM TIOSULFAT
OLEH:
NAMA
: JUMAING
STAMBUK
:
F1C1 10 020
KELOMPOK
: V(LIMA)
ASISTEN
PEMBIMBING : ROBBY
SUDARMAN
LABORATORIUM
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HALUOLEO
KENDARI
2010
DAFTAR PUSTAKA
Cotton
F., A., dan Wilkinson, G. 1989. Kimia
Anorganik Dasar. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
http://blogspot.com/html.
(diakses 10 oktober 2011).
Libertus
Tintus., H. 2008. Dosis Efektif Kombinasi
Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit Sebagai Antidot Keracunan Sainida Akut
pada Mencit Jantan Galur Swiss. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Petrucci,
Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan
Terapan Modern Jilid 3. Ahli Bahasa Suminar Ahmadi. Erlangga. Jakarta.
Ratnawati
devi. 2007. Kajian Variasi Kadar Gulkosa
dan Drajat Kesamaan (Ph) pada Pembuatan Nata di Cetrus dari Jeruk Asam. Jurnal
Gradian. Vol. 3(2).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar