LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN I
PERBEDAAN SENYAWA
ORGANIK DAN ANORGANIK
OLEH:
NAMA :
JUMAING
STAMBUK :
F1C1 10 020
KELOMPOK :
I (SATU)
ASISTEN : RIZA AULIA
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
A.
TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari tes-tes yang
digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut.
2. Mengamati beberapa perbedaan
sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.
B.
LANDASAN TEORI
Sekitar tahun 1850, kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa
yang datang dari benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan
mengenai kimia organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya,
karena sistem kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir
semua bidang yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme
bergantung pada prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).
Pada mulanya, senyawa organik hanya
menyebabkan terlibatnya senyawa yang diturunkan dari makhlik hidup. Makhluk
hidup dianggap mempunyai ‘tenaga gaib’ yang dalam sintesis senyawa-senyawa
tersebut. Pada tahun 1978, seorang kimiawan jerman, frederich wohler memanaskan
ammonium sionat, beraal dari senyawa organik dan diperoleh senyawa urea
(Petrucci, 1987: 296).
Usaha pencarian sumber energi baru dan terbarukan sampai saat
ini masih menjadikan prioritas utama dalam dunia eksplorasi sumber energi.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, analisis terhadap data dan informasi
geologi yang tercantum dalam laporan-laporan hasil penelitian yang dilakukan
oleh para peneliti terdahulu (Subono dkk, 1995; Widarsono dkk, 1997; dan
Dewanto dkk, 2004-2006) memberikan harapan ditemukannya sumber daya energi baru
terbarukan yaitu munculnya sumber energi baru berupa serpih material organik
yang dapat berubah menjadi zat pengganti migas, karena mengalami reaksi alam
tingkat tinggi sehingga menyebabkan perubahan fisika dan kimia (Dewanto,2008).
Analisis bahan organik adalah untuk
mengetahui jenis bahan tersebut dan mengukur reflektan maseral vitrinit yang
terdapat secara tersebar (dispersed organic matter, DOM) dalam
batulumpur karbonan sebagai batuan pembawa hidrokarbon. Analisis ini memberikan
informasi tentang peran temperature terhadap bahan organik yang diketahui dari
pengukuran reflektan vitrinit dan sekaligus juga merupakan parameter untuk
mengetahui tingkat pembatubaraan (coalification stages; Cook, 1982).
Pengukuran ini merupakan parameter yang baik untuk mengetahui peran temperatur
terhadap batuan sumber hidrokarbon dari kandungan bahan organik (kerogen).
Nilai termal ini merupakan indikator tingkat kematangan hidrokarbon (Heriyanto
dan Heri, 2006).
Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari
gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen,nitrogen atau beberapa unsur tertentu.
Keseluruhan senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia organik. Unsur karbon
sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk mengadakan ikatan kovalen yang
kuat dengan sesamanya (Petrucci, 1987).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu
senyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom
hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogenj, atau fosfor. Pada awalnya
senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan sistem
kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak
mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan
senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat
dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang merupakan senyawa anorganik
menjadi senyawa organik (Siswoyo, 2009).
Sifat fisik dan kimia senyawa organik dapat membedakan satu dengan yang
lainnya. Ketika beebrapa sifat kimia dan fisika senyawa organik dan anorganik
sederhana yang menceritakan apakah senyawa termasuk dalam senyawa organik atau
anorganik antara lain keadaan saat pemanasan, konduktifitas, dan ionisasi
(disosiasi) serta kelarutan (Natsir, 2005).
Penelitian sintesa natrium sianat dari urea dan natrium karbonat dengan
menggunakan pelarut 1,2,4 triklorobenzen (TCB) dapat dilakukan dalam reaktor
semibatch, yang dilengkapi alat pengaduk, jaket pemanas, dan sistim pengeluaran
gas hasil reaksi. TCB dan natrium karbonat dipanaskan berurutan pada suhu 1300oC
diawal proses untuk mengeluarkan kandungan airnya, dilanjutkan penambahan
sebagian dari kebutuhan urea sedikit
demi sedikit. Suhu dinaikkan menjadi 1400oC dan dipertahankan selama
1,5 jam sementara ini sisa urea juga ditambahkan. TCB dapat melarutkan urea
namun tidak melarutkan natrium karbonat (Ismail, 2006).
Pupuk kimiawi buatan memasok hara tertentu berupa senyawa
anorganik berkonsentrasi tinggi dan mudah larut. Pemberian berulang kali dapat
membahayakan flora dan fauna tanah alami, mendatangkan ketimpangan hara dalam
tanah, dan dengan sistem pengelolaan hara yang biasa dilakukan waktu ini dapat
menyebabkan pencemaran bekalan-bekalan air, khususnya air tanah. Pupuk organik
memasok berbagai macam hara terutama berupa senyawa organik berkonsentrasi
rendah yang tidak mudah larut. Karena memasok berbagai macam hara dengan
konsentrasi rendah dan tidak mudah larut, pupuk organik tidak akan menimbulkan
ketimpangan hara dalam tanah, bahkan dapat memperbaiki neraca hara. Pasokan
bahan organik dapat menyehatkan kehidupan flora dan fauna tanah alami, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan dan memelihara produktivitas tanah (Nuryani
dan Suci, 2003).
C.
ALAT DAN BAHAN
- Alat
-
Pemanas dan pembakar bunzen
-
Batang pengaduk
-
Gelas ukur
-
Cawan krus
-
Gelas kimia
-
Pipet tetes
-
Pipet ukur
-
Selang
-
Tabung reaksi
- Bahan
-
Ca(OH)2
-
CHCl3
-
HCL 3 M
-
NaCl
-
Air ludah
-
Urea
-
AgNO3 1 %
-
NaOH
-
Kertas lakmus merah dan biru
-
Kawat tembaga
D.
PROSEDUR KERJA
-
Larutan Ca(OH)2
-
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-
Dialirkan udara hasil pernapasan melalui selang ke dalam larutan
-
Diamati
|
-
Kawat tembaga
-
|
-
Dimasukkan dalam larutan HCL, CHCl3, dan air ludah
-
Diamati
|
-
AgNO3 1 %
-
Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda
-
Dimasukkan CHCl3 pada tabung 1
-
Dimasukkan NaCl pada tabung 2
-
Diamati perubahan
|
-
Urea
-
Ditimbang
sebanyak 1 gram
-
Dimasukkan
dalam gelas kimia
-
Ditambahkan
10 ml NaOH
-
Dikocok
perlahan
-
Dipanaskan
tidak sampai mendidih
-
Dipindahkan dari pemanas
-
Diamati bau khas yang terbentuk
-
Ditempatkan kertas lakmus pada dinding gelas kimia
-
Diamati perubaahm pada kertas lakmus
|
E. Hasil Pengamatan
1. Tes
unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
a. Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
|
Etanol dalam
cawan krus dibakar , diatas cawan di letakkan gelas kimia berisi air.
Ca(OH)2 dalam udara
pernampasan.
|
Etanol habis
dalam air dalam gelas kimia menjadi hangat.
Ca(OH) menjadi keruh.
|
b. Deteksi dengan dengan basa kuat dan pemenasan dengan senyawa organik
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
|
Urea + NaOH
dipanaskan tapi tidak sampai mendidih.
|
Menghasilkan
gas berbauh pesing.
|
c. Tes
Beilstein
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
3.
4.
|
Kawat ose
dibakar dan dicelupkan di CHCl3.
Kawat ose
dibakar + dicelupkan di HCl.
Kawat ose
dibakar + dicelupkan di air ludah.
Kawat ose
dibakar + dicelup di larutan KI
|
Terbentuk
gelembung.
Asap
Terbentuk gelembung.
Berasap
|
2. Perbedaan Senyawa organik dan anorganik.
a.
Perbedaan sifat karena pemanasan
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
|
Gulkosa dalam
cawan krus dipanaskan.
NaCl dalam
cawan krus kemudian dipanaskan.
|
Gulkosa
terbakar
NaCl tidak dapat terbakar.
|
b.
Perbedaan dalam ionisasi
No.
|
Perlakuan
|
Pengamatan
|
1.
2.
|
NaCl + AgNO3
CHCl3 +
AgNO3
|
Warna putih
Terbentuk 2
lapisan
|
F.
Pembahasan
Pada umumnya, golongan senyawa organik dan senyawa anorganik mempunyai karakteristik yang menandakan perbedaan pada kedua golongan senyawa tersebut. Ada beberapa sifat fisika maupun kimia yang memberikan deskripsi dalam suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik
ataupun senyawa anorganik, seperti keadaan saat
pemanasan, konduktivitas, ionisasi serta kelarutan masing-masing.
Pada
umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain
itu juga terdapat unsur hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S) dan
pospor (P). Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil
isolasi bahan-bahan alam. Senyawa organik banyak terkandung didalam jasad
hidup, dan sangat lama dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa disintesis
di laboratorium. Kini pernyataan tersebut tidak benar, setelah wohler berhasil
mensintesis senyawa organik amonium sianat membentuk urea.
Pada proses pembakaran larutan Ca(OH)2, setelah dibakar
terbentuk endapan berwarna putih. Endapan yang dihasilkan tidak lain adalah senyawa CaCO3 sebagai
hasil reaksi antara Ca(OH)2 dan CO2.
Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
Ini menunjukkan, bahwa Ca(OH)2
merupakan senyawa organik, sebab
pada saat setelah pembakaran terdapat ciri khas senyawa yang mengandung karbon. Hal ini juga terjadi pada Ca(OH)2
yang diberi aliran udara
hasil pernapasan, hasilnya
larutan menjadi keruh serta
terbentuknya endapan putih
CaCO3, hali ini juga
menujukkan bahwa Ca(OH)2 mengandung senyawa karbon. Ca(OH)2
akan bereaksi dengan CO2 yang dikeluarkan dalam proses pernapasan
sebagai zat sisa.
Dalam mengidentifikasi
suatu senyawa organik, dapat juga
digunakan tes dengan basa
kuat dalam melepaskan suatu
bahan agar mudah untuk dideteksi. Uji
ini digunakan dalam
mengidentifikasi unsur-unsur nitrogen
dalam senyawa, jika
direaksikan dengan suatu basa kuat seperti NaOH akan menghasilkan senyawa
amoniak (NH3). Dalam
percobaan ini digunakan untuk mndeteksi adanya nitrogen dalam senyawa urea. Ketika
urea ditambahkan dengan NaOH dan dipanaskan, akan terbentuk gas
amoniak yang bersifat basa, hal ini
dapat dideteksi melalui baunya yang khas serta dari pengujian kertas
lakmus. Agar dapat diketahui
bahwa dalam larutan tersebut terdapat gas amoniak yang bersifat basa, digunakan
kertas lakmus untuk mengindentifikasi keberadaannnya. Dengan menguji melalui
kertas lakmus merah dan biru, dan hasil yang diberikan adalah lakmus biru
berubah, dan lakmus merah tetap merah. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam
larutan tersebut terdapat ammonia yang bersifat basa, yang merupakan senyawa organik. Oleh sebab itu, dapat kita katakan bahwa
urea termasuk senyawa organik karena mengandung nitrogen. Namun, dalam percobaan ini, tidak terbentuk bau
seperti teori yang seharusnya. Hal ini dapat disebabkan karena percobaan yang
dilakukan kurang efektif, sehingga hasilnya juga kurang maksimal.
Pada percobaan pertama yakni mendeteksi adanya unsure-unsur dengan pembakaran senyawa
organik. dalam perlakuannya, etanol dalam cawan krus dibakar dan diatas cawan
krus diletakkan gelas kimia berisi air maka etanol yang telah disimpan dalam
cawan krus akan habis dan air dalam gelas kimia menjadi hangat. Kemudian mendeteksi adanya atom C yang
dilakukan dengan udara pernapasan yang dilewatkan melalui selang kedalam
larutan Ca(OH)2. Larutan tersebut menjadi keruh bahkan akan
membentuk endapan pituh CaCO3. Perubahan larutan menjadi endapan
merupakan bukti adanya gas CO2 yang dihasilkan dari pernapasan.
Sumber CO2 tersebut berasal dari metabolisme (respirasi) seluler
yang terjadi di dalam tubuh manusia, yaitu pembakaran karbohidrat oleh oksigen
yang dihirup oleh manusia.
Untuk test beilstein, yaitu tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya
unsur C dan H dalam suatu senyawa organik. Pronsip dasar dari tes ini adalah
mencelupkan kawat ose yang kemudian akan bakar
lalu dicelupkan kedalam larutan senyawa yang
akan diuji. Dengan membakar kawat ose
tersebut lalu
dicelup kedalam larutan kloroform, maka warna
kawat akan berwarna jingga dan terbentuk gelembung. Kemudian kawat tersebut
dibakar lagi kemudian dicelupkan kedalam larutan HCl, maka kawat akan berubah menjadi warna
orange tetapi tidak terbentuk gelembung namun muncul
asap. Selanjutnya kawat yang sama dibakar lagi lalu dicelupkan kedalam air
ludah, dengan tercelupnya kawat pada air ludah maka terbetuk gelembung dan pada
KI pada saat dicelupkan kawat yang telah dibakar, warna kawat berubah warna
jingga, tetapi tidak juga terbentuk gelembung hanya saja KI tersebut berasap. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa HCl dan KI merupakan senyawa anorganik
sedangkan CHCl3 dan air ludah merupakan senyawa organik.
Pada pengamatan untuk membedakan senyawa organik dan organik melalui perbedaan sifat karena pemanasan, dimana gulkosa dan garam
dapur dipanaskan, pada gulkosa mengalami perubahan warna yang tadinya warna
putih menjadi warna coklat itu bertanda bahwa gulkosa dapat terbakar sedangkan
pada NaCl tidak dapat terbakar, karena tidak ada perubahan yang terjadi.
Kemudian membedakan senyawa organic dan anorganik melalui ionisasi, NaCl yang direaksikan dengan AgNO3
maka larutan akan berwarna putih dan larut, hal ini terjadi karena NaCl mudah
melepaskan ion dan membentuk ion-ion positif sehingga reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil
bila dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ion
positif. Sedangkan CHCl3 yang direaksikan dengan AgNO3 larutan
terdiri dari dua fase, hal ini terjadi karena CHCl3 memiliki energi
ionisasi yang sangat kuat sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama
dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut. Dari
pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa NaCl merupakan senyawa anorganik
sedangkan kloroform merupakan senyawa organik.
Unsur-unsur penyusun senyawa organik dapat pula dideteksi dengan basa kuat
dan pemanasan. Proses ini bertujuan untuk mendeteksi adanya unsur nitrogen
dalam senyawa organik. Tes paling sederhana untuk mendeteksi nitrogen dalam
senyawa organik tergantung pada kecenderungan senyawa tersebut menghasilkan
amoniak. Urea merupakan senyawa organik yang mengandung unsur N dalam
senyawanya. Urea yang ditambahkan dengan larutan basa kuat (NaOH) yang kemudian
dipanaskan akan menghasilkan suatu gas yang mempunyai bau khas. Gas tersebut
adalah gas amoniak (NH3). Gas amoniak merupakan gas yang bersifat
basa lemah. Ini dapat dideteksi dengan perubahan lakmus menjadi lakmus biru
sebagai akibat dialirkannya gas NH3 pada lakmus tersebut.
E.
KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain:
- Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain itu terdapat juga unsur hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor dan juga merupakan zat penyusun dari sebagian besar makhluk hidup, umumnya berikatan kovalen, dan terurai bila terbakar. Sedangakn senyawa anorganik adalah senyawa yang berasal dari sintesis mineral, umumnya berikatan ion, dan tidak terurai bila dibakar.
- Tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa organik yaitu dengan pembakaran, tes beilstein, ionisasi, dan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, Ordas. 2008. Menentukan Kondisi Batuan
Organik Di Daerah ‘X’ Sumatera Tengah, Berdasarkan Estimasi Kapasitas Termal
Batuan Reservoar. Jurusan
Fisika FMIPA Unila.
Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.
Heryanto, Rachmat Dan Heri Hermiyanto. 2006. Potensi Batuan
Sumber (Source Rock)
Hidrokarbon Di Pegunungan Tigapuluh, Sumatera Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, Vol.
1 No. 1.
Ismail, Tontowi, Renanto H,
Mahfud. 2006. Sintesa Natrium Sianat Dari Urea Dan Natrium Karbonat Dengan
Pelarut 1,2,4-Triklorobenzen. Jurusan
Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabay. Vol. 5(2): 98.
Natsir, M. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar I. Erlangga.
Jakarta.
Siswoyo,
Riswiyanto. 2009. Kimia Organik.
Erlangga. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar