Minggu, 17 Juni 2012

PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DN ANORGANIK







LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I
PERCOBAAN I
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN ANORGANIK

Description: Logo UH keren






OLEH:

NAMA                                   : JUMAING
STAMBUK                           : F1C1 10 020
KELOMPOK                        : I (SATU)
ASISTEN                               : RIZA AULIA

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
A.    TUJUAN PERCOBAAN
1.      Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa tersebut.
2.      Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik.

B.     LANDASAN TEORI
Sekitar tahun 1850, kimia organik didefenisikan sebagai kimia dari senyawa yang datang dari benda hidup sehingga timbul istilah organik. Suatu pengetahuan mengenai kimia organik tak dapat diabaikan bagi kebanyakan ilmuwan. Misalnya, karena sistem kehidupan terutama terdiri dari air dan senyawa organik, hampir semua bidang yang berurusan dengan tanaman, hewan, atau mikroorganisme bergantung pada prinsip kimia organik (Fessenden, 1997).
Pada mulanya, senyawa organik hanya menyebabkan terlibatnya senyawa yang diturunkan dari makhlik hidup. Makhluk hidup dianggap mempunyai ‘tenaga gaib’ yang dalam sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada tahun 1978, seorang kimiawan jerman, frederich wohler memanaskan ammonium sionat, beraal dari senyawa organik dan diperoleh senyawa urea (Petrucci, 1987: 296).
Usaha pencarian sumber energi baru dan terbarukan sampai saat ini masih menjadikan prioritas utama dalam dunia eksplorasi sumber energi. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, analisis terhadap data dan informasi geologi yang tercantum dalam laporan-laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti terdahulu (Subono dkk, 1995; Widarsono dkk, 1997; dan Dewanto dkk, 2004-2006) memberikan harapan ditemukannya sumber daya energi baru terbarukan yaitu munculnya sumber energi baru berupa serpih material organik yang dapat berubah menjadi zat pengganti migas, karena mengalami reaksi alam tingkat tinggi sehingga menyebabkan perubahan fisika dan kimia (Dewanto,2008).
Analisis bahan organik adalah untuk mengetahui jenis bahan tersebut dan mengukur reflektan maseral vitrinit yang terdapat secara tersebar (dispersed organic matter, DOM) dalam batulumpur karbonan sebagai batuan pembawa hidrokarbon. Analisis ini memberikan informasi tentang peran temperature terhadap bahan organik yang diketahui dari pengukuran reflektan vitrinit dan sekaligus juga merupakan parameter untuk mengetahui tingkat pembatubaraan (coalification stages; Cook, 1982). Pengukuran ini merupakan parameter yang baik untuk mengetahui peran temperatur terhadap batuan sumber hidrokarbon dari kandungan bahan organik (kerogen). Nilai termal ini merupakan indikator tingkat kematangan hidrokarbon (Heriyanto dan Heri, 2006).
  Lebih dari sejuta senyawa terdiri dari gabungan karbon dengan hidrogen, oksigen,nitrogen atau beberapa unsur tertentu. Keseluruhan senyawa tersebut merupakan bagian dari kimia organik. Unsur karbon sangat istimewa karena memiliki kemampuan untuk mengadakan ikatan kovalen yang kuat dengan sesamanya (Petrucci, 1987).
Senyawa karbon atau yang biasa dikenal dengan senyawa organik ialah suatu senyawa yang unsus-unsur penyusunnya terdiri dari atom karbon dan atom-atom hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, halogenj, atau fosfor. Pada awalnya senyawa karbon ini secara tidak langsung menunjukan hubungannya dengan sistem kehidupan. Namun dalam perkembangannya, ada senyawa organik yang tidak mempunyai hubungan dengan sistem kehidupan. Misalnya urea yang merupakan senyawa organik dari makhluk hidup yang berasal dari urin. Urea dapat dibuat dengan cara menguapkan garam amonium sianat yang merupakan senyawa anorganik menjadi senyawa organik (Siswoyo, 2009).
Sifat fisik dan kimia senyawa organik dapat membedakan satu dengan yang lainnya. Ketika beebrapa sifat kimia dan fisika senyawa organik dan anorganik sederhana yang menceritakan apakah senyawa termasuk dalam senyawa organik atau anorganik antara lain keadaan saat pemanasan, konduktifitas, dan ionisasi (disosiasi) serta kelarutan (Natsir, 2005).
Penelitian sintesa natrium sianat dari urea dan natrium karbonat dengan menggunakan pelarut 1,2,4 triklorobenzen (TCB) dapat dilakukan dalam reaktor semibatch, yang dilengkapi alat pengaduk, jaket pemanas, dan sistim pengeluaran gas hasil reaksi. TCB dan natrium karbonat dipanaskan berurutan pada suhu 1300oC diawal proses untuk mengeluarkan kandungan airnya, dilanjutkan penambahan sebagian dari kebutuhan  urea sedikit demi sedikit. Suhu dinaikkan menjadi 1400oC dan dipertahankan selama 1,5 jam sementara ini sisa urea juga ditambahkan. TCB dapat melarutkan urea namun tidak melarutkan natrium karbonat (Ismail, 2006).
Pupuk kimiawi buatan memasok hara tertentu berupa senyawa anorganik berkonsentrasi tinggi dan mudah larut. Pemberian berulang kali dapat membahayakan flora dan fauna tanah alami, mendatangkan ketimpangan hara dalam tanah, dan dengan sistem pengelolaan hara yang biasa dilakukan waktu ini dapat menyebabkan pencemaran bekalan-bekalan air, khususnya air tanah. Pupuk organik memasok berbagai macam hara terutama berupa senyawa organik berkonsentrasi rendah yang tidak mudah larut. Karena memasok berbagai macam hara dengan konsentrasi rendah dan tidak mudah larut, pupuk organik tidak akan menimbulkan ketimpangan hara dalam tanah, bahkan dapat memperbaiki neraca hara. Pasokan bahan organik dapat menyehatkan kehidupan flora dan fauna tanah alami, yang pada gilirannya dapat meningkatkan dan memelihara produktivitas tanah (Nuryani dan Suci, 2003).
C.    ALAT DAN BAHAN
  1. Alat
-          Pemanas dan pembakar bunzen
-          Batang pengaduk
-          Gelas ukur
-          Cawan krus
-          Gelas kimia
-          Pipet tetes
-          Pipet ukur
-          Selang
-          Tabung reaksi 
  1. Bahan
-          Ca(OH)2
-          CHCl3
-          HCL 3 M
-          NaCl
-          Air ludah
-          Urea
-          AgNO3 1 %
-          NaOH
-          Kertas lakmus merah dan biru
-          Kawat tembaga
D.    PROSEDUR KERJA

  1. Larutan Ca(OH)2
     
    Pengujian dengan udara pernapasan




-          Dimasukkan ke dalam gelas kimia
-          Dialirkan udara hasil pernapasan melalui selang ke dalam larutan
-          Diamati



Terbentuk endapan putih 
 





  1. Kawat tembaga 
     
    Test Beilstein




-         

Kawat tembaga yang telah dipanaskan
 
Dipanaskan ujungnya sampai warnanya berubah


-          Dimasukkan dalam larutan HCL, CHCl3, dan air ludah
-          Diamati



Pada larutan HCl kawat tembaga berwarna orange, pada CHCl3 dan air ludah terdapat gelembung dan asap
 





  1. AgNO3 1 % 
     
    Perbedaan dalam ionisasi




-          Dimasukkan ke dalam 2 tabung reaksi yang berbeda 
-          Dimasukkan CHCl3 pada tabung 1
-          Dimasukkan NaCl pada tabung 2
-          Diamati perubahan



CHCl3 + AgNO3, terdapat dua lapisan
NaCl + AgNO3, larut dan berwarna putih
 









  1. Urea  
     
    Test Beilstein




-          Ditimbang sebanyak 1 gram
-          Dimasukkan dalam gelas kimia
-          Ditambahkan 10 ml NaOH
-          Dikocok perlahan
-          Dipanaskan tidak sampai mendidih
-          Dipindahkan dari pemanas
-          Diamati bau khas yang terbentuk
-          Ditempatkan kertas lakmus pada dinding gelas kimia
-          Diamati perubaahm pada kertas lakmus



Mengeluarkan bau khas
Kertas lakmus merah menjadi biru
Kertas lakmus biru tetap biru
 

























E.  Hasil Pengamatan
1. Tes unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
a. Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
No.
Perlakuan
Pengamatan
1.


2.
Etanol dalam cawan krus dibakar , diatas cawan di letakkan gelas kimia berisi air.
Ca(OH)2 dalam udara pernampasan.
Etanol habis dalam air dalam gelas kimia menjadi hangat.

Ca(OH) menjadi keruh.
b. Deteksi dengan dengan basa kuat dan pemenasan dengan senyawa organik 

No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
Urea + NaOH dipanaskan tapi tidak sampai mendidih.
Menghasilkan gas berbauh pesing.




c. Tes Beilstein


No.
Perlakuan
Pengamatan
1.

2.

3.

4.
Kawat ose dibakar dan dicelupkan di CHCl3.
Kawat ose dibakar + dicelupkan di HCl.
Kawat ose dibakar + dicelupkan di air ludah.
Kawat ose dibakar + dicelup di larutan KI
Terbentuk gelembung.

Asap

Terbentuk gelembung.

Berasap


2.  Perbedaan Senyawa organik dan anorganik.
a.  Perbedaan sifat karena pemanasan


No.
Perlakuan
Pengamatan
1.

2.
Gulkosa dalam cawan  krus dipanaskan.
NaCl dalam cawan krus kemudian dipanaskan.
Gulkosa terbakar

NaCl tidak dapat terbakar.

b.  Perbedaan dalam ionisasi


No.
Perlakuan
Pengamatan
1.
2.
NaCl + AgNO3
CHCl3 + AgNO3
Warna putih
Terbentuk 2 lapisan

F.  Pembahasan
        Pada umumnya, golongan senyawa organik dan senyawa anorganik mempunyai karakteristik yang menandakan perbedaan pada kedua golongan senyawa tersebut. Ada beberapa sifat fisika maupun kimia yang memberikan deskripsi dalam suatu senyawa termasuk dalam senyawa organik ataupun senyawa anorganik, seperti keadaan saat pemanasan, konduktivitas, ionisasi serta kelarutan masing-masing.
           Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain itu juga terdapat unsur hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S) dan pospor (P). Senyawa organik dapat diperoleh dari hasil suatu reaksi atau hasil isolasi bahan-bahan alam. Senyawa organik banyak terkandung didalam jasad hidup, dan sangat lama dipercayai bahwa senyawa organik tidak bisa disintesis di laboratorium. Kini pernyataan tersebut tidak benar, setelah wohler berhasil mensintesis senyawa organik amonium sianat membentuk urea.
        Pada proses pembakaran larutan Ca(OH)2, setelah dibakar terbentuk endapan berwarna putih. Endapan yang dihasilkan tidak lain adalah senyawa CaCO3 sebagai hasil reaksi antara Ca(OH)2 dan CO2.
                           Ca(OH)2  +  CO2           CaCO3     + H2O
Ini menunjukkan, bahwa Ca(OH)2 merupakan senyawa organik, sebab pada saat setelah pembakaran terdapat ciri khas senyawa yang mengandung karbon. Hal ini juga terjadi pada Ca(OH)2 yang diberi aliran udara hasil pernapasan, hasilnya larutan menjadi keruh serta terbentuknya endapan putih CaCO3, hali ini juga menujukkan bahwa Ca(OH)2 mengandung senyawa karbon. Ca(OH)2 akan bereaksi dengan CO2 yang dikeluarkan dalam proses pernapasan sebagai zat sisa.
Dalam mengidentifikasi suatu senyawa organik, dapat juga digunakan tes dengan basa kuat dalam melepaskan suatu bahan agar mudah untuk dideteksi. Uji ini digunakan dalam mengidentifikasi unsur-unsur nitrogen dalam senyawa, jika direaksikan dengan suatu basa kuat seperti NaOH akan menghasilkan senyawa amoniak (NH3). Dalam percobaan ini digunakan untuk mndeteksi adanya nitrogen dalam senyawa urea. Ketika urea ditambahkan dengan NaOH dan dipanaskan, akan terbentuk gas amoniak yang bersifat basa, hal ini dapat dideteksi melalui baunya yang khas serta dari pengujian kertas lakmus. Agar dapat diketahui bahwa dalam larutan tersebut terdapat gas amoniak yang bersifat basa, digunakan kertas lakmus untuk mengindentifikasi keberadaannnya. Dengan menguji melalui kertas lakmus merah dan biru, dan hasil yang diberikan adalah lakmus biru berubah, dan lakmus merah tetap merah. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam larutan tersebut terdapat ammonia yang bersifat basa, yang merupakan senyawa organik. Oleh sebab itu, dapat kita katakan bahwa urea termasuk senyawa organik karena mengandung nitrogen. Namun, dalam percobaan ini, tidak terbentuk bau seperti teori yang seharusnya. Hal ini dapat disebabkan karena percobaan yang dilakukan kurang efektif, sehingga hasilnya juga kurang maksimal.
           Pada percobaan pertama yakni mendeteksi adanya unsure-unsur dengan pembakaran senyawa organik. dalam perlakuannya, etanol dalam cawan krus dibakar dan diatas cawan krus diletakkan gelas kimia berisi air maka etanol yang telah disimpan dalam cawan krus akan habis dan air dalam gelas kimia menjadi hangat. Kemudian mendeteksi adanya atom C yang dilakukan dengan udara pernapasan yang dilewatkan melalui selang kedalam larutan Ca(OH)2. Larutan tersebut menjadi keruh bahkan akan membentuk endapan pituh CaCO3. Perubahan larutan menjadi endapan merupakan bukti adanya gas CO2 yang dihasilkan dari pernapasan. Sumber CO2 tersebut berasal dari metabolisme (respirasi) seluler yang terjadi di dalam tubuh manusia, yaitu pembakaran karbohidrat oleh oksigen yang dihirup oleh manusia.
Untuk test beilstein, yaitu tes yang digunakan untuk mendeteksi adanya unsur C dan H dalam suatu senyawa organik. Pronsip dasar dari tes ini adalah mencelupkan kawat ose yang kemudian akan bakar lalu dicelupkan  kedalam larutan senyawa yang akan diuji. Dengan membakar kawat ose tersebut lalu dicelup kedalam larutan kloroform, maka warna kawat akan berwarna jingga dan terbentuk gelembung. Kemudian kawat tersebut dibakar lagi kemudian dicelupkan kedalam larutan HCl, maka kawat akan berubah menjadi warna orange tetapi tidak terbentuk gelembung namun muncul asap. Selanjutnya kawat yang sama dibakar lagi lalu dicelupkan kedalam air ludah, dengan tercelupnya kawat pada air ludah maka terbetuk gelembung dan pada KI pada saat dicelupkan kawat yang telah dibakar, warna kawat berubah warna jingga, tetapi tidak juga terbentuk gelembung hanya saja KI tersebut berasap. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa HCl dan KI merupakan senyawa anorganik sedangkan CHCl3 dan air ludah merupakan senyawa organik.
Pada pengamatan untuk membedakan senyawa organik dan organik melalui perbedaan sifat karena pemanasan, dimana gulkosa dan garam dapur dipanaskan, pada gulkosa mengalami perubahan warna yang tadinya warna putih menjadi warna coklat itu bertanda bahwa gulkosa dapat terbakar sedangkan pada NaCl tidak dapat terbakar, karena tidak ada perubahan yang terjadi. Kemudian membedakan senyawa organic dan anorganik melalui  ionisasi, NaCl yang direaksikan dengan AgNO3 maka larutan akan berwarna putih dan larut, hal ini terjadi karena NaCl mudah melepaskan ion dan membentuk ion-ion positif sehingga reaktif karena energi ionisasi yang dimilikinya kecil bila dibandingkan dengan Ag yang energi ionisasinya besar dan membentuk ion positif. Sedangkan CHCl3 yang direaksikan dengan AgNO3 larutan terdiri dari dua fase, hal ini terjadi karena CHCl3 memiliki energi ionisasi yang sangat kuat sehingga sukar untuk membentuk ion positif, sama dengan Ag yang sukar membentuk ion positif, sehingga keduanya sukar larut. Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa NaCl merupakan senyawa anorganik sedangkan kloroform merupakan senyawa organik.
Unsur-unsur penyusun senyawa organik dapat pula dideteksi dengan basa kuat dan pemanasan. Proses ini bertujuan untuk mendeteksi adanya unsur nitrogen dalam senyawa organik. Tes paling sederhana untuk mendeteksi nitrogen dalam senyawa organik tergantung pada kecenderungan senyawa tersebut menghasilkan amoniak. Urea merupakan senyawa organik yang mengandung unsur N dalam senyawanya. Urea yang ditambahkan dengan larutan basa kuat (NaOH) yang kemudian dipanaskan akan menghasilkan suatu gas yang mempunyai bau khas. Gas tersebut adalah gas amoniak (NH3). Gas amoniak merupakan gas yang bersifat basa lemah. Ini dapat dideteksi dengan perubahan lakmus menjadi lakmus biru sebagai akibat dialirkannya gas NH3 pada lakmus tersebut.

E.     KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini antara lain:
  1. Pada umumnya senyawa organik merupakan senyawa yang mengandung unsur karbon, selain itu terdapat juga unsur hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan fosfor dan juga merupakan zat penyusun dari sebagian besar makhluk hidup, umumnya berikatan kovalen, dan terurai bila terbakar. Sedangakn senyawa anorganik  adalah senyawa yang berasal dari sintesis mineral, umumnya berikatan ion, dan tidak terurai bila dibakar.
  2. Tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa organik yaitu dengan pembakaran, tes beilstein, ionisasi, dan pemanasan.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, Ordas. 2008. Menentukan Kondisi Batuan Organik Di Daerah ‘X’ Sumatera Tengah, Berdasarkan Estimasi Kapasitas Termal Batuan Reservoar. Jurusan Fisika FMIPA Unila.

Fessenden, Ralph J, dan Fessenden, Joan S. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Bina Aksara. Jakarta.

Heryanto, Rachmat Dan Heri Hermiyanto. 2006. Potensi Batuan Sumber (Source Rock) Hidrokarbon Di Pegunungan Tigapuluh, Sumatera Tengah. Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 1 No. 1.

Ismail, Tontowi, Renanto H, Mahfud. 2006. Sintesa Natrium Sianat Dari Urea Dan Natrium Karbonat Dengan Pelarut 1,2,4-Triklorobenzen. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabay. Vol. 5(2): 98.

Natsir, M. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Unhalu. Kendari.

Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar I. Erlangga. Jakarta.

Siswoyo, Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Erlangga. Jakarta




Tidak ada komentar:

Posting Komentar