I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air sangat penting
bagi mahluk hidup, karena air adalah sumber daya alam yang diperlukan untuk
hidup. Karena air adalah sumber kehidupan, maka keberadaannya harus kita
lindungi dari kontaminasi logam-logam berat, agar tetap bermanfaat bagi manusia
maupun mahluk hidup lainnya. Sumber air bermanfaat dalam bebagai kepentingan,
maka harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan generasi sekarang
maupun generasi yang akan datang. Dengan
itu bagi segenap pengguna air, harus ditanamkan kebiasaan dalam penghematan dan
pelestarian terhadap sumber air. Air memiliki kandungan logam tertentu yang
diakibatkan berbagai faktor. Dalam hal ini penentuan kelayakan air untuk
dikonsumsi, perlu diketahui kandungan logam yang dikandungnya. Maka dari itu,
dalam percobaan ini dilakukan analisis kadar tembaga terhadap sampel air yang
telah di ambil di kali wanggu kota kendari.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah
pada percobaan ini adalah bagaimana mengidentifikasi secara kualitatif dan
kuantitatif kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah
di kota Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) ?
C. Tujuan
Tujuan dari
percobaan ini yaitu untuk mengidentifikasi secara kualitatif dan kuantitatif
kadar logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota
Kendari dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
D. Manfaat
Manfaat setelah
mengikuti praktikum ini mengetahui secara kualitatif dan kuantitatif kadar
logam tembaga (Cu) pada sampel yang diambil diberbagai daerah di kota Kendari
dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Keberadaan logam-logam berat di lingkungan seperti tembaga, kadmium dan
timbal merupakan masalah lingkungan yang perlu mendapat perhatian serius.
Adanya ion-ion logam berat dalam limbah industri telah lama menjadi objek dalam
bidang kimia analitik dan kimia lingkungan. Limbah yang mengandung logam berat
perlu mendapat perhatian khusus, mengingat dalam konsentrasi tertentu dapat
memberikan efek toksik yang berbahaya bagi kehidupan manusia dan lingkungan di
sekitarnya (Lelifatri, 2010).
Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat
ditempa, dan liat. Ia melebur pada 1083oC. Karena potensial elektroda standarnya
adalah positif, (+ 0.43 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam
klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut
sedikit. Asam nitrat yang sedang pekatnya (8M) dengan mudah melarutkan tembaga
(Vogel, 1985).
Ditinjau dari hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi, maka hukum lambertbeer dapat digunakana jika sumbernya adalah
monokromatis. Pada AAS, panjang gelombang garis absorbsi resonansi identik
dengan garis-garis emisi disebabkan keserasian transisinya. Untuk bekerja pada
panjang gelombang ini diperlukan suatu monokromator celah yang menghasilkan
lebar puncak sekitar 0.002 – 0.005 nm. Jelas pada teknik AAS, diperlukan sumber
radiasi yang mengemisikan sinar pada panjang gelombang yang tepat sama pada
proses absorbsi nya. Dengan cara ini efek pelebaran puncak dapat dihindarkan.
Suber radiasi terssebut dikenal sebagai lamu Hollowe cathode (Khopkar, 1990).
Spektrofotometer serapan atom (SSA) ditujukan untuk
analisis kuantitatif terhadap unsur-unsur logam. Alat ini memiliki sensitivitas
yang cukup tinggi, sehingga sering dijadika sebagai pilihan utama dalam
menganalisis unsur logam yang konsentrasinya sangat kecil (ppm bahkan ppb).
Prinsip dasar pengukuran SSA adalah penyerapan energi (sumber cahaya) oleh
atom-atom dalam keadaan dasar menjadi atom-atom dam keadaan tereksitasi. Pada
pembentukan atom-atom dalam keadaan dasar atau proses atomisasi pada umumnya
dilakukan dalam nyala (Rohman, 2007).
Analisis cemaran logam berat pb, cu, dan cd pada
ikan air tawar dengan metode spektrometri serapan atom. Telah dilakukan analisis logam berat Pb, Cu dan Cd dalam cuplikan ikan air tawar dengan
metode spektrometri nyala serapan atom (SSA). Preparasi awal cuplikan dilakukan
dengan ikan dicuci, diambil daging , dikeringkan, ditumbuk dan disaring hingga
lolos 100 mesh, dilarutkan
dengan teknik teflon bom digesti sampai diperoleh larutan cuplikan yang siap
untuk dianalisis. Parameter
analisis dengan SSA meliputi kondisi optimum analisis, kurva kalibrasi unsur,
rentang konsentrasi terpakai,
kelayakan alat uji dan validasi metode uji. Diperoleh kadar Pb dan Cu dalam
tiga jenis ikan (ikan mas, nila,
dan lele) dari kolam air tawar yang berbeda (selokan Mataram, sungai Winongo, sungai Cebongan, sungai Bedog) tidak ada
perbedaan yang signifikan. Sedangkan kadar Cd dalam cuplikan tiga jenis ikan berada di bawah batas
deteksi. Alat uji SSA masih layak sebagai alat uji dengan perolehan akurasi 0,65 % dan presisi 0,019 ppm
berada di bawah batas yang dipersyaratkan 1 % dan 0,04 ppm (Supriyanto, 2007).
Peningkatan kadar logam berat
dalam air laut akan diikuti peningkatan kadar logam berat dalam biota laut yang
pada gilirannya melalui rantai makanan akan menimbulkan keracunan a kut dan khronik,
bahkan bersifat karsinogenik pada manusia konsumen hasil laut (Keman, 1998). Penelitian
yang telah dilakukan oleh Pikir (1993) dengan metode Spektroskopi Serapan Atom
(SSA) menyimpulkan bahwa kerang yang berasal dari Pantai Kenjeran Suraba ya, mengandung
logam berat Cadmium (Cd) sebesar 1,22 ppm dan kerang dari Pantai Keputih Surabaya,
mengandung 1,09 ppm logam berat Cadmium. Penelitian lain yang dilakukan dengan
metode yang sama oleh Moesriati (1995) terhadap beberapa jenis ikan dan kerang
di Pantai Kenjeran Surabaya menyatakan bahwa kadar logam berat Cadmium dalam
daging kerang adalah 1,21 ppm. Hasil penelitian tersebut telah menunjukkan
bahwa kandungan logam berat Cadmium dalam kerang dan ikan di Pantai Kenjeran
telah melampaui ambang batas kandungan logam berat Cadmium yang dianjurkan oleh
ILO/WHO dalam hewan laut dalam hal ini kerang yang dikonsumsi oleh manusia
adalah sebesar 0,1 ppm (Fitri, 2005).
Logam berat Pb dan Cu dalam
perairan merupakan suatu masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena
logam berat dapat berpengaruh buruk terhadap organisme yang hidup di perairan
tersebut. Logam berat dapat berakumulasi lebih besar pada organisme tropik
tingkat tinggi dalam rantai makanan (Nybakken, 1985). Pb dalam sedimen
Pelabuhan Benoa, Bali telah dilaporkan melebihi ambang batas yaitu 12,50 – 21,80
mg/kg (Santosa, 2000). Daya racun Pb yang akut pada perairan alami menyebabkan
kerusakan hebat pada ginjal, sistem reproduksi, hati dan otak serta sistem syaraf
sentral, dan bisa menyebabkan kematian (Achmad, 2004). Dilihat dari keberadaan Pelabuhan
Benoa sebagai pelabuhan international, maka setiap tahun aktivitasnya terus
bertambah (dengan kunjungan kapal yang tertinggi dibandingkan dengan pelabuhan
lainnya yang berada di Bali). Pelabuhan Benoa tidak hanya digunakan sebagai
tempat berlabuhnya kapal dagang dan kapal penangkap ikan, tetapi juga digunakan
sebagai tempat palaksanaan kegiatan kelautan. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan
besar kandungan logam berat pada sedimen di Pelabuhan Benoa cukup tinggi (Indu,
2001) (Sahara, 2009).
III.
METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada tanggal 14 September
2012, hari rabu pukul 13.00 – 15.30
WITA. Bertempat di Laboratorium Kimia Analitik MIPA Universitas Haluoleo
Kendari.
B. Alat dan Bahan
1.
Alat
Alat yang
digunakan adalah labu takar 50 ml dan 25 ml, pipet tetes, gelas kimia, corong
kecil, pipet ukuran 1 ml, hot plate dan kaca arloji.
2.
Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah larutan HNO3 pH 2.0, larutan
stock Cu (II) 1000 ppm dan sampel air kali wanggu kota kendari.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
B. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan penentuan kadar tembaga (Cu) pada sampel air kali wanggu dengan
menggunakan spektrofotometer serapan
atom (SSA). Dimana SSA merupakan interaksi
antara radiasi elektromagnetik dengan sampel, atau proses pengatoman dari
tingkat dasar ke tingkat tinggi,dimana dalam proses pengatoman setiap jenis
logam memiliki penyinaran dengan panjang gelombang spesifik. Teknik ini didasarkan
pada emisi dan absorbansi dari uap atom.
Dalam
percobaan ini langka pertama yang dilakukan adalah memasukkan bagian ujung
konektor kedalam masing botol yang berisi dengan larutan standar dari tembaga (Cu)
yang telah diidentifikasikan kasentrasinya 0, 1, 2, 3, 4 dan 5 ppm dan konsentrasi identik SSA sebesar 0,
1.005, 2. 0.015, 2.910, 4.040 dan 5.035 ppm. Setiap botol gelap berisi dengan
larutan standar, memiliki spektrum yang berbeda-beda berdasarkan data hasil
dari alat spektrofotometer serapan atom (SSA). Dengan nilai absorbansi yang
diperoleh juga berbeda masing –masing sebesar 0, 0.1015, 0.1910, 0.2623, 0.3435
dan 0.4084 A. Dengan adanya data yang diperoleh dari hasil bacaan alat spektrofotometer
serapan atom (SSA), dapat digunakan untuk menghitung nilai konsentrasi dari
tiap-tiap larutan sampel dengan
persamaan garis yang diperoleh y = 0.080x + 0.016. Berbeda pula pada larutan
sampelnya diperoleh hasil AAS 0.020, 0.030, 0.138, 0.057 dan 0.004. dari data
itu diperoleh persamaan garis y = 1.040x + 0.012.
Berdasarkan
hasil dari bacaan alat spektrofotometer serapan atom (SSA) dapat disimpulkan
bahwa semua sampel mengandung unsur tembaga dengan konsentrasi yang berbeda
terutama sampel air kali wanggu.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dalam
percobaan ini yaitu uji kualitatif dan kuantitatif, pada uji kualitatif dari
kelima sampel mengandung unsur logam tembaga (Cu) berurut-urut yaitu 0.020
mg/L, 0.030 mg/L, 0.138 mg/L, 0.057 mg/L dan 0.004 mg/L.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, R.,
2004, Kimia Lingkungan, Penerit ANDI, Yogyakarta
C . Supriyanto, Samin dan Kamal Zainul, 2007, “ Analisis Cemaran Logam Berat Pb, Cu, dan Cd pada Ikan Air Tawar dengan
Metode Spektrometri Nyala Serapan Atom (SSA) “. Jurnal SDM Teknologi Nuklir, ISSN
1978-0176.
Indu, 2001,
Benoa Potensial Jadi Pelabuhan Bisnis, Bali Post, 29 Mei 2001, Denpasar.
Keman,
Soedjajadi. (1998). Pencemaran Lingkungan dan Deteksi Dininya, Seminar Sehari
Tentang Efek Pence maran Lingkungan Terhadap Kesehatan Sistem Reproduksi .
Surabaya: FKM Unair
Khopkar,S.,M., 1990. “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Cetakan Pertama,
UI-Press ; Jakarta.
Lelifajri, 2010.” Adsorpsi Ion Logam Cu(II) Menggunakan Lignin dari
Limbah Serbuk Kayu Gergaji”.Jurnal
Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol.
7, No. 3 ; 126-129.
Moesriati,
Atiek. (1995). Pengaruh Logam Berat Cd Dalam Ikan dan Kerang terhadap Kesehatan
Masyarakat Nelayan di Kelurahan Sukolilo Kecamatan Kenjeran , Tesis,
Pascasarjana Unair. Surabaya.
Nyabakken,
W.J., 1985, Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis, P.T. Gramedia, Jakarta.
Pikir, Suharno
.(1993). Sedimen dan Kerang Sebagai Indikator Adanya Logam Berat Cd, Hg dan Pb
dalam Pencemaran di Lingkungan Estuari, Disertasi, Pascasarjana Unair.
Surabaya.
Rohman,A., 2007. “Kimia Farmasi Analisis”, Cetakan Kedua, Penerbit
Pustaka Pelajar, yogyakarta.
Sahara E., 2009, “ Distribusi Pb dan Cu pada Berbagai Ukuran Partikel
Sedimen di Pelabuhan Benoa “, Jurnal
Kimia, Vol. 3 (1).
Santosa,
Y. K., 2000, Kandungan Logam Timbal (Pb) dalam Air Laut, Sedimen, dan Ikan Lemuru
(sardinella Longiceps) di Pelabuhan Benoa, Skripsi, Jurusan
Kimia, FMIPA, Universitas Udayana, Denpasar.
Sari Fitri
Indah dan Keman Soedjajadi, 2005, “ Efektifitas Larutan Asam Cuka Untuk Menurunan Kandungan Logam Berat
Cadmium dalam Daging Kerang Bulu “, Jurnal
Kesehatan Lingkungan, Vol. 1 (2).
Vogel, 1985. “Kimia Analisis Anorganik Kualitatif”, Cetakan Pertama,
PT. Kalman Media Pustaka ; Jakarta.