Kamis, 21 Juni 2012

pembuatan natrium tiosulfat


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
           Di bidang teknik kimia seringkali bahan padat harus dipisahkan dari larutan atau lelehan, tanpa mengikat kotoran-kotoran yang terkandung dalam fasa cair tersebut. Seringkali juga bahan padat kristalin yang mengandung pengotor harus dibersikan atau harus dihasilkan bentuk-bentuk kristal tertentu, untuk maksud tersebut proses kristalisasi dapat digunakan. Kristal adalah bahan padat dengan susunan atom atau molekul yang teratur. Yang dimaksud kristalisai adalah pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau lelehan. Hasil dari krisralisasi dari lelehan sering harus didinginkan lagi atau dikecilkan ukurannya.
           Natrium adalah salah satu logam alkali pembentukan garam yang bersifat basa. Unsur ini berkilau, lunak dan merupakan konduktor listrik yang baik. Umumnya natrium disimpan dalam minyak untuk mencegah bereaksinya dengan air yang berasal dari udara. Jika sepotong logam natrium yang baru dipotong  dilelehkan, kemudian diletakkan kedalam gelas beaker yang terisi penuh oleh gas klorin yang berwarna hijau  kekuningan, sesuatu yang sangat menabjukkan akan terjadi. Natrium yng meleleh mulai bercahaya dengan cahaya  dengan cahaya putih yang semakin lama semakin terang. Sementara, gas klorin akan teraduk dan warna gas mulai menghilang. Dalam beberapa menit, reaksi selesai dan akan diperoleh garam meja atau NaCl yang terendapkan didalam gelas beaker. Proses pembentukan garam meja adalah sesuatu yang sangat menabjukkan.
           Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit. Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan dibidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag (S2O3)- dan Ag(S2O3)23- . Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion lain.
B.  Rumusan Masalah
           Adapun rumusan masalah pada praktikum kali ini adalah bagaimana tehnik pembuatan natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.
C.  Tujuan
           Adapun tujuan dilakukan percobaan ini adalah untuk mempelajari tehnik pembuatan garam natrium tiosulfat dan sifat-sifatnya.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
                  Natrium dan kalium melimpah di litosfer (2,6% dan 2,4%). Terdapat sejumlah besar kandungan garam-garam bantuan, NaCl dan karnalit, KCl, MgCl26H2O yang dihasilkan dari laut dalam jangka waktu geologis. Danau garam besar di Utha dan laut mati Israel merupakan contoh proses penguapan yang masih berlangsung sampai saat ini. Natrium dan kalium dapat tersebar dengan pelelehan, pada berbagai padatan pendukung seperti Na2CO3, kieselguhr dan lainnya. Unsur-unsur dipakai sebagai katalis untuk berbagai reaksi alkena, antara lain dimerisasi propena menjadi 4-metil-1-pentana (Cotton, 1998).
           Natrium tiosulfat (Na2SO3) dapat dibuat dari H2SO4. H2SO4 adalah asam yang sangat penting yang digunakan dalam industri kimia. H2SO4 mencair pada suhu 10,5oC membentuk cairan kental. H2SO4 berikatan dengan hidrogen dan tidak bereaksi dengan logam di dalam air untuk menghasilkan H2. H2SO4 menyerap air dan dapat menghasilkan gas. Ion H2SO4 adalah tetrahedaral, mempunyai panjang ikatan 1,49A, mempunyai rantai pendek. Ikatan S – O memiliki 4 ikatan σ antara S dan O dan 2 ikatan π yang didelokalisasi  S dan 4 atom O. Asam tiosulfat H2SO3 tidak dapat dibentuk dengan menmbahkan asam kedalam tiosulfat karena pemisahan asam bebas dalam air kedalam campuran S, H2S, H2Sn, SO2 dan H2SO3 (http//blogspot.com/html).
           Uji kuantitatif kandungan gulkosa menggunakan metode Luff Schroorl yang didasarkan pada peristiwa tereduksinya kupri-oksida menjadi kupro-oksida karena adanya gula pereduksi. Sebanyak 2 mL larutan blanko dititrasi dengan larutan 0,1 N Na-tiosulfat, kemudian dilakukan juga titrasi terhadap larutan sampel menggunakan penitrasi yang sama. Untuk mengetahui apakah titrasi sudah cukup maka dipergunakan indikator amilum yang ditandai dengan perubahan warna dari warna biru menjadi putih. Agar warna biru menjadi warna putih dengan tepat, maka penambahan amilum diberikan pada saat titrasi hampir selesai. Setelah diketahui selisih banyaknya titrasi blanko dan titrasi sampel kemudian dikonsultasikan dengan tabel yang tersedia (menunjukkan hubungan antara banyaknya natiosulfat dengan banyaknya gula pereduksi), sehingga dapat diketahui jumlah gula pereduksi dalam larutan (Ratnawati, 2007).
           Dari penelitian Djunarko (2007) diketahui bahwa pada dosis yang tinggi (195 mg/KgBB menit) natrium nitrit dapat menyebabkan keracunan, sedangkan pada dosis yang kecil (20 mg/KgBB menit) natrium nitrit belum dapat menolong keracunan sianida akut, dan diketahui pada dosis efektifnya sebesar 62,460 mg/KgBB menit. Dari literatur diketahui bahwa kombinasi natrium tiosulfat dan natrium nitrit memberikan efek yang sinergis bila digunakan sebagai antidotum keracunan sianida akut. Natrium tiosulfat akan bekerja dengan mekanisme mempercepat eliminasi, sedangkan natrium nitrat akan bekerja dengan mekanisme hambatan bersaing (Libertus, 2008).
           Dalam senyawa tio, atom S menggantikan atom O. Penggantian suatu atom O dalam ion sulfat (SO42-) menghasilkan ion tiosulfat (S2O32-). Bilangan oksidasi formal S dalam S2O32- adalah + 2. Anion-anion yang merupakan turunan dari sederet asam yang digunakan asam tionat (H2SnO6) dimana n = 2,3,4,5 dan 6. Ion tiosulfat terbentuk jika larutan basa dari natrium sulfit didihkan dengan unsur belerang. Belerang teroksidasi dan ion sulfit tereduksi (Petruci, 1987).
           Penentuan kadar besi ini dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Vis. Dimana dalam metode ini, besi terlebih dulu direduksi dari Fe3+ menjadi Fe2+ dengan pereduksi natrium tiosulfat (Na2S2O3) kemudian dikomplekskan dengan 4,7-difenil-1,10-fenantrolin (bathofenantrolin) dan ditambahkan larutan buffer asetat atau buffer ammonium dengan variasi pH 2-10 kemudian ditentukan panjang gelombang maksimum dari kompleks besi (II)-bathofenantrolin tersebut. Analisa selanjutnya adalah dari variasi pH larutan buffer asetat dan buffer ammonium akan ditentukan pH optimum buffer asetat dan ammonium. Sedangkan dari variasi konsentrasi pereduksi natrium tiosulfat akan ditentukan konsentrasi optimumnya dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ dengan metode validasi menggunakan spektrofotometri UV-Vis pada panjang gelombang maksimum. Dari penelitian diperoleh panjang gelombang maksimum kompleks besi (II)-bathofenantrolin adalah 536 nm; pH optimum buffer asetat adalah pH 4 dan 6 dengan RSD 0,286 ppt dan 0,418 ppt sedangkan pH optimum buffer ammonium adalah pH 9 dengan RSD 0,729 ppt. Sedangkan dari variasi konsentrasi natrium tiosulfat diperoleh konsentrasi optimumnya dalam mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+ adalah pada konsentrasi 12 ppm dengan tingkat keakurasian metode paling tinggi yang ditunjukkan oleh harga %recovery 99,375% (Khamsatul 2006).
           Keracunan nitrat merupakan masalah utama pada ternak ruminansia. Keracunan disebabkan ternak mengkonsumsi hijauan yang mengandung nitrat tinggi akibat pemupukan. Di dalam rumen, nitrat akan direduksi menjadi nitrit
yang toksik. Jika diabsorpsi darah, nitrit akan mengubah pembentukan Hb (Fe2+) menjadi MetHb (Fe3+) dalam darah sehingga darah tidak mampu membawa oksigen. Akibatnya jaringan kekurangan oksigen (hypoxia). Bila kandunganMetHb dalam darah mencapai 80−90% maka ternak akan mati. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu diketahui proses keracunan nitrat pada ternak dengan menganalisis kandungan nitrat dalam pakan (hijauan) dan air minum. Perlu pula mendiagnosis keracunan nitrat berdasarkan gejala yang timbul dan menganalisis kandungan nitrat dalam pakan. Pengobatan keracunan nitrat pada ternak dilakukan dengan menginjeksikan larutan methylene blue untuk mereduksi MetHb menjadi Hb. Pencegahan yang utama ialah dengan memantau kandungan nitrat dalam hijauan sebelum diberikan pada ternak (Yuningsi, 2007).
 

    
 
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A.  Alat dan Bahan
1.  Alat
      alat yang digunakan pada percobaan ini adalah 1 set alat refluks, pengaduk, elektromantel, cawan penguapan, timbangan analitik, kertas saring, corong, statif dan klem.
2.  Bahan
      Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah natrium sulfit anhidrat, serbuk belerang, natrium sulfit, larutan iodium dalam iodida dan aquades.








B.  Prosedur Kerja
7,54 gram Natrium Sulfit
 
1.  Pembuatan natrium tiosulfat -5-hidrat













-  dimasukkan kedalam labu refluks
-  ditambahkan 10 gram aguades
-  ditambahkan 0,2 gram serbuk
    belerang
-  direfluks selama 45 menit
 






 
















       Rendamen =
B.  Pembahasan
           Natrium tiosulfat adalah salah satu jenis dari garam terhidrat. Garam terhidrat adalah garam yang terbentuk dari senyawa-senyawa kimia yang dapat mengikat molekul-molekul air pada suhu kamar. Ion tiosulfat dapat diperoleh secara cepat dengan cara mendidihkan belerang dengan non sulfit atau dengan cara mendekomposisi ion ditionit. Garam alkali tiosulfat banyak diproduksi terutama untuk kebutuhan dibidang fotografi, dimana garam ini digunakan untuk melarutkan perak bromida yang tidak bereaksi dalam suatu emulsi. Ion tiosulfat dapat membentuk kompleks Ag(S2O3)- dan Ag(S2O3)23+. Ion tiosulfat dapat juga membentuk kompleks dengan ion-ion logam lain.
           Dalam percobaan ini akan dipelajari begaimana cara pembuatan garam natrium tiosulfat dan mempelajari sifat-sifatnya. Garam natrium tiosulfat (Na2S2O3) merupakan suatu senyawa tiosulfat dari alkali (natrium). Garam ini memilki sifat hidrokopis (mudah menyerap air di udara) sehingga seringkali di jumpai dalam bentuk hidratnya dibandingkan bentuk murninya. Bentuk hidrat dari garam natrium tiosulfat paling banyak dalam bentuk 5-hidrat dan 10-hidratnya, karena garam natrium tiosulfat berbentuk serbuk putih, tetapi untuk mereaksikannya tetap dalam bentuk padat karena tingkat kelarutannya yang cukup tinggi dan dapat pula dijadikan dalam bentuk larutan.
           Dalam percobaan ini diawali dengan merefluks natrium sulfit dan belerang dalam sebuah labu alas bulat. Tujuan dari refluks ini yakni untuk mempercepat endapan maka larutan ini disaring dan filtranya dipanaskan hingga volumenya menjadi setengah dari volume awalnya kemudian disaring kembali dan dikeringkan sehingga diperoleh endapan natrium tiosulfat. Pertama pembuatan natrium tiosulfat dengan menggunakan natrium sulfit sebanyak 7,54 gram direfluks bersamaan dengan 10 mL aquades dan 0,2 gram belerang.
        












BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan
           Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah natrium tiosulfat dapat dibuat dengan merefluks natrium sulfit bersamaan dengan belerang.















LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I
PERCOBAAN IV
NATRIUM TIOSULFAT
Description: UNHALU-HITAM PUTIH



OLEH:
NAMA                                   : JUMAING
STAMBUK                           : F1C1 10 020
KELOMPOK                        : V(LIMA)
ASISTEN PEMBIMBING : ROBBY SUDARMAN
LABORATORIUM KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2010
DAFTAR PUSTAKA
Cotton F., A., dan Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
http://blogspot.com/html. (diakses 10 oktober 2011).
Libertus Tintus., H. 2008. Dosis Efektif Kombinasi Natrium Tiosulfat dan Natrium Nitrit Sebagai Antidot Keracunan Sainida Akut pada Mencit Jantan Galur Swiss. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Petrucci, Ralph H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 3. Ahli Bahasa Suminar Ahmadi.  Erlangga. Jakarta.
Ratnawati devi. 2007. Kajian Variasi Kadar Gulkosa dan Drajat Kesamaan (Ph) pada Pembuatan Nata di Cetrus dari Jeruk Asam. Jurnal Gradian. Vol. 3(2).




TERMOKIMIA


TERMOKIMIA
A.  Tujuan Percobaan
     Tujuan dalam melakukan percobaan ini adalah sebagai berikut :
1.      Menentukan kalor penguapan zat cair yang mudah menguap
2.      Menentukan kalor penguapan karbon tetraklorida (CCL4).
B.  Landasan Teori
     Kajian tentang kalor yang dihasilkan atau dibutuhkan oleh reaksi kimia disebut temokimia. Termokimia merupakan cabang dari termodinamika karena tabung reaksi dan isinya membentuk sistem. Jadi kita dapat mengukur (secara tak langsung, dengan cara mengukur kerja atau kenaikan temperatur) energi yang dihasilkan oleh reaksi sebagai kalor yang dikenal sebagai q, beragntung pada kondisinya apakah dengan perubahan energi dalam atau perubahan entalphi. Sebaiknya, jika kita tahu ∆U atau ∆H suatu reaksi, kita dapat meramalkan jumlah energi yang dihasilkannya sebagai kalor (Daniels, 1979).
          Termokimia merupakan cabang kajian tentang kalor yang dihasilkan atau yang dibutuhkan oleh reaksi kimia. Termokimia merupakan cabang termodinamika, karena dalam prosesnya, tabung reaksi dan isinya membentuk sitem. Jadi, kita dapat mengukur energy yang dihasilkan oleh reaksi sebagai q, bergantung pada posisinya atau kondisisnya, apakah dalam perubahan energy atau perubahan entalpi. Sebaliknya jika kita tahu ΔU atau ΔH suatu reaksi, maka kita dapat meramalkan jumlah energi yang dihasilkan sebagai kalor (Atkins, 1999).
           Molekul dengan energi kinetik rata-rata dapat mengalahkan gaya tarik dengan molekul disekitarnya dan lepas dari permukaan cairan keadaan gas atu uap. Gejala ini dinamakan penguapan. Kecendrungan suatu cairan untuk menguap akan membuat meningkatnya gaya-gaya intermolekul dalam cairan cenderung menurunkan penguapan (Petrucci, 1987).
          Besarnya energy bebas standar, entalpi dan entropi masing-masing adalah ΔG = 1,23 V, ΔH = 285,85 KJ/mol dan ΔS = 70,08 kJ/mol. Energi bebas sebesar 1,23 V merupakan tengangan bolak balik yang menyatakan tengangan minimal yang diperlukan untuk dapat berlangsungnya reaksi. Total energi (ΔH) yang diperlukan agar reaksi dapat energy listrik, energi panas atau gabungan dari keduannya. Menurut termodinamika, ΔH bisa diperoleh dengan rumus ΔG = ΔH – TΔS, karena ΔS positif maka kerja yang diperlukan dari energi listrik (ΔG) dapat diturunkan dengan mengoprasikan proses pada suhu yang lebih tinggi (Salimy, et., 2008).
           Terjadinya reaksi termokimia pada bahan bakar tersebut, baik reaksi eksotermik maupun endotermik yang mana akan menyebabkan peleburan matrik Al. Kemudian lemburan matrik Al tersebut berinteraksi dengan inti elemen bakar membentuk senyawa baru. Senyawa baru tersebut akan mempengaruhi unjuk kerja bahan bakar didalam reactor yaitu penyebab terjadinya penggembungan bahan bakar karena memperbanyak produk fisi. Sebenarnya kondisi reactor riset hanya berkisar pada temperatur 140oC, sehingga kemungkinan lepasnya energi reaksi termokimia U3O8-Al dan UMo-Al tidak akan terjadi kecuali bila terjadi kecelakaan LOCA (Lost of Cooling Accident)(Ginting, 2006).
           Tujuan dari penelitian ini digunakan untuk mengetahui sifat-sifat termal agar dapat menjadi masukan kepada pembuat bahan bakar reaktor riset untuk mendesain bahan bakar jenis molybdenum. Sedangkan sifat-sifat termal paduan UMo dan UMoSi yang akan dianalisis berkaitan dengan kesetabilan panas, entalpi dan temperatur reaksi termokimia (Yanlinastuti, et al, 2009).
Reforming merupakan proses termokimia yang umum dipakai pada industri yang memproduksi hidrogen. Proses steam reforming melibatkan reaksi metana (atau gas alam) dengan kukus pada suhu tinggi. Ada 2 reaksi utama yang terjadi pada proses steam reforming. Yang pertama, reaksi reforming yang merupakan reaksi sangat endotermis yang terjadi pada suhu tinggi menggunakan katalisator. Reaksi kedua adalah shift reaction, merupakan reaksi eksotermis yang bertujuan untuk mengontrol kuantitas produk yang diinginkan (Salimy, 2008).
Kategori proses pendinginan yang menimbulkan peristiwa pendidihan pada peristiwa SA dapat dimasukkan kedalam proses pendidihan kolam (pooling boiling), meski selama pendinginan telah terjadi aliran air yang diakibatkan oleh gaya gravitasi. Analisis terkait peristiwa pendidihan dilakukan berdasarkan kurva pendidihan (boiling curve). Ini diperoleh melalui perhitungan fluks kalor menggunakan data temperature transient yang terukur selama experiment. Perpindahan panas pendidihan didefenisikan sebagai model perpindahan panas yang melibatkan perubahan fasa dari fasa cair menjadi fasa uap (Juarsa et al., 2007).
C.  Alat dan Bahan
1.  Alat
     Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
*      Termometer
*      Gelas kimia 400 mL
*      Tutup krus porselen
*      Pipet tetes
*      Stopwatch
*      Pemanas (hot plate)
*      Statif dan klem
2.  Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah sebagai berikut :
Ø  Larutan CCl4
Ø  Air krant (Air biasa)